Senin 22 Feb 2021 10:57 WIB

Oposisi Kudeta Myanmar Kembali Ajak Rakyat Turun ke Jalan

Militer gagal menghentikan unjuk rasa dan pembangkangan sipil di Myanmar

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Polisi menuntut maju untuk membubarkan pengunjuk rasa di Mandalay, Myanmar pada hari Sabtu, 20 Februari 2021. Pasukan keamanan di Myanmar meningkatkan tekanan mereka terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta pada hari Sabtu, dengan menggunakan meriam air, gas air mata, ketapel dan peluru karet untuk melawan demonstran dan pemogokan dermaga pekerja di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu.
Foto:

Media milik pemerintah MRTV memperingatkan pengunjuk rasa untuk tidak kembali berdemonstrasi. "Sekarang pengunjuk rasa menghasut rakyat, terutama remaja emosional ke jalur konfrontasi yang dapat membuat mereka kehilangan nyawa," kata MRTV.

Kementerian Luar Negeri Myanmar mengeluarkan pernyataan yang mengatakan pihak berwenang 'menahan diri sepenuhnya'. Pernyataan itu bagian dari teguran untuk negara asing yang menurut mereka mengintervensi urusan domestik Myanmar.

Beberapa negara Asing mengecam kudeta dan mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, Inggris dan Jerman juga mengecam kekerasan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan penggunaan kekuatan mematikan pada pengunjuk rasa tidak dapat diterima.

Warga Kota Yangon mengatakan Senin ini (22/2), sejumlah jalan menuju kedutaan termasuk kedutaan besar AS telah diblokir. Misi diplomatik telah menjadi titik unjuk rasa pengunjuk rasa yang menuntut pemerintah asing melakukan intervensi. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement