Kamis 11 Mar 2021 02:05 WIB

WHO: Satu dari Tiga Perempuan di Dunia Jadi Korban Kekerasan

Menurut WHO, suami atau pasangan adalah pelaku yang paling umum

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nur Aini
Logo dan gedung kantor pusat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa, Swiss, 15 April 2020 (diterbitkan ulang 21 Januari 2021). Presiden AS Joe Biden pada jam-jam pertama menjabat menandatangani beberapa perintah eksekutif yang membalikkan kebijakan pendahulunya termasuk tentang pandemi virus corona, perjanjian iklim Paris, dan tembok perbatasan kontroversial Trump.
Foto:

Menurut WHO, suami atau pasangan adalah pelaku yang paling umum dan jumlah korban yang tidak proporsional berada di negara-negara termiskin. Sebanyak satu dari empat perempuan menjadi sasaran kekerasan yang dilakukan oleh pasangan. Bahkan, pelecehan kadang-kadang dimulai pada usia yang sangat muda, yaitu 15 tahun.

Negara-negara dengan prevalensi perempuan tertinggi yang menghadapi kekerasan termasuk Kiribati, Fiji, Papua Nugini, Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, dan Afghanistan. Sedangkan terendah terjadi di Eropa, hingga 23 persen.

Angka sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi karena pelaporan pelecehan seksual yang masih sangat kurang. Peneliti terlibat dalam studi tersebut, Heidi Stoeckl, menyoroti fakta bahwa angka-angka tersebut tidak berubah selama satu dekade terakhir.

"Sayangnya mereka tetap sama," direktur Pusat Kesehatan dan Kekerasan Gender di London School of Hygiene and Tropical Medicine ini.

Sementara Stoeckl mengakui adanya peningkatan kesadaran masyarakat tentang masalah kekerasan gender, dia menggarisbawahi kurangnya tindakan pemerintah untuk mengimplementasikan program-program yang mencegahnya. “Jadi adalah (masalah) komitmen politik dan (pengambilan) keputusan untuk menggunakan sumber daya keuangan untuk mendukung gerakan perempuan dan untuk benar-benar mengubah undang-undang dan meningkatkan kesetaraan gender,” katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement