Lembaga medis dan kemanusiaan RI, Mer-C menginformasikan bahwa relawan yang dikirim ke Myanmar kini sudah tidak lagi berada di sana. "Ada dua relawan kita di Myanmar, dan mereka sudah kembali ke RI sejak tahun lalu," ujar Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad kepada Republika.co.id, Selasa.
Kelompok pemantau Myanmar, Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik (AAPP) mencatat setidaknya 20 orang tewas dalam gelombang protes terbaru Senin (15/3) waktu setempat. Aparat kian berani terus menggunakan gas air mata, peluru karet hingga peluru tajam dalam menghadapi pengunjuk rasa damai setiap harinya di seluruh negeri.
"Korban meningkat secara drastis," kata AAPP dalam pernyataan yang dikutip laman Channel News Asia, Selasa.
Kelompok itu juga mencatat lebih dari 180 orang telah tewas sejak kudeta militer 1 Februari. Sementara sebagian besar kematian Senin (15/3) adalah demonstran anti-kudeta, beberapa adalah warga sipil yang bahkan tidak berpartisipasi dalam protes.