Pada 7 Maret, aparat keamanan menindak pengunjuk rasa dari sektor pendidikan yang menghadiri demonstrasi anti-rezim di Mandalay. Sekitar 100 pengunjuk rasa ditahan. Sebagian besar adalah siswa dari universitas Mandalay, tetapi beberapa di antaranya adalah siswa sekolah menengah.
Seorang anggota Serikat Mahasiswa Universitas Mandalay mengatakan kepada Irrawaddy pada Kamis (18/3) bahwa puluhan tahanan mahasiswa akan dituntut pada sidang pengadilan yang dijadwalkan pekan depan. Pada 3 Maret saja, hampir 400 mahasiswa yang memprotes kudeta di Kotapraja Tamwe Yangon ditahan selama penumpasan demonstrasi anti-rezim. Sebagian besar siswa telah didakwa berdasarkan Pasal 505 (a) KUHP, menurut anggota UYSU.
Sekurangnya 23 aktivis antimiliter lainnya yang bergabung dengan protes mahasiswa diberitahu pada 11 Maret bahwa mereka akan ditangkap. Mereka dituduh menghasut pegawai negeri untuk bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil yang menentang junta.
Namun hampir 100 mahasiswa kedokteran yang ditangkap di Yangon pada 28 Februari selama tindakan keras terhadap demo anti-rezim dibebaskan oleh polisi atas permintaan kepala universitas kedokteran. "Alasan utama mengapa mahasiswa harus turun ke jalan adalah untuk memprotes rezim militer yang merebut kekuasaan dari pemerintah yang dipilih secara demokratis," kata anggota Serikat Mahasiswa Universitas Mandalay itu.
Hingga Kamis, hampir 2.200 orang telah ditangkap sejak kudeta. Mereka termasuk para pemimpin terpilih, anggota Liga Nasional untuk Demokrasi, komisioner pemilu, seniman, penulis, jurnalis, pelajar, dan guru. Setidaknya 1.872 dari mereka masih ditahan atau telah didakwa oleh junta. Sementara hampir 220 pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan selama tindakan keras mereka terhadap protes anti-rezim.