Banyak pengunjuk rasa dan aktivis biasa juga ditangkap, bahkan meninggal setiap hari. Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, setidaknya 570 pengunjuk rasa dan pengamat, termasuk 47 anak-anak, telah meninggal dalam tindakan keras sejak pengambilalihan kekuasan. Sedangkan sebanyak 2.728 orang, termasuk pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi berada dalam tahanan.
Melawan tindakan keras dan penentangan terhadap kudeta, unjuk rasa pun terus dilakukan. Langkah terbaru yang dilakukan aktivis dengan mulai mengorganisir boikot perayaan resmi Thingyan atau Tahun Baru Myanmar pekan depan. Momen ini biasanya waktu untuk reuni keluarga dan pesta pora.
Dalam selebaran dan postingan media sosial, aktivis mengimbau orang-orang untuk tidak mengadakan perayaan Thingyan. Mereka mengatakan akan tidak sopan bagi para martir yang gugur untuk menikmati festival tersebut.
Para pemimpin Brunei dan Malaysia hari Senin mengumumkan bahwa para pemimpin Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara akan bertemu untuk membahas situasi di Myanmar.