Rabu 07 Apr 2021 14:55 WIB

Menlu Retno: Inggris adalah Mitra Strategis Indonesia

Retno berharap Inggris terus menunjukkan kepemimpinan dalam multilateralisme vaksin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Inggris Dominic Raab di Gedung Pancasila, Jakarta, Rabu (7/4).
Foto:

Penandatanganan MoU on Joint Economic and Trade Committee yang akan dilakukan 19 April mendatang diharapkan dapat mempercepat realisasi prioritas tersebut. Retno pun mengutarakan kembali keprihatinan legislasi nasional Inggris yang mewajibkan uji tuntas terhadap komoditas pertanian, seperti minyak sawit, kakao, dan karet. "Dalam hal ini saya berharap kedua negara dapat bekerja sama menangani persoalan ini, termasuk melalui Joint Working Group untuk komoditas pertanian," ujar Retno.

Poin ketiga pembahasan adalah kerja sama pertahanan dan keamanan. Inggris dan Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman penanggulangan terorisme. "Saya juga menyambut upaya untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan, terutama melalui dialog kerja sama pertahanan bersama," ucap Retno.

Sementara itu Dominic Raab sangat mengapresiasi kerja sama bilateral Indonesia-Inggris selama ini. "Ini adalah kemitraan yang berdasarkan nilai-nilai bersama seperti peningkatan hubungan perdagangan, investasi, pada sektor-sektor kunci, seperti pendidikan, pertahanan, energi terbarukan, dan seperti Menlu Retno sebutkan, kayu dan pertanian," ucapnya.

Raab mengaku menyimak dengan cermat tentang keprihatinan Indonesia perihal minyak sawit. "Kita berharap kelompok kerja bersama dapat mencari solusi terkait isu ini," ujarnya.

Terkait penanganan Covid-19, Raab kembali mengulang pernyataan Retno bahwa hanya melalui kolaborasi dan kerja sama, dunia dapat keluar dari pandemi. "Saya juga mengapresiasi bagaimana Menlu Retno memimpin mekanisme global untuk memastikan akses merata terhadap vaksin," kata Raab.

Terkait isu-isu pertahanan, Raab menegaskan Inggris berkomitmen terhadap United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982. Hal ini dapat dikaitkan dengan perselisihan klaim atas Laut China Selatan antara China dan beberapa negara ASEAN, termasuk Indonesia.

Raab mengatakan Indonesia dan Inggris memang berada di bagian dunia yang berbeda. Namun keduanya memiliki kepentingan atas isu-isu maritim. Menurut dia, Indonesia dan Inggris juga berkepentingan untuk memastikan hukum dasar, yakni pilar dan prinsip UNLCOS ditegakan. "Karena mereka penting untuk pilar stabilitas regional juga global," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement