Senin 24 May 2021 23:36 WIB

Amerika Serikat Kontak Palestina, Tapi tak Libatkan Hamas

Amerika Serikat hanya melibatkan Otoritas Palestina tanpa Hamas

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nashih Nashrullah
Amerika Serikat hanya melibatkan Otoritas Palestina tanpa Hamas dalam pembahasan soal Palestina. Pejuang Hamas, ilustrasi

Komandan bayangan sayap bersenjata Hamas, Mohammed Deif, mengeluarkan ultimatum. Sedangkan PA hanya merilis pernyataan tegas yang menentang kebijakan Israel atas Al Aqsa dan upaya pemukim Yahudi untuk mengusir puluhan keluarga dari lingkungan Sheikh Jarrah. 

Hamas menembakkan roket jarak jauh yang mengganggu parade Israel yang merayakan klaimnya atas Yerusalem. Hal itu memicu serangan balik Israel ke Gaza yang menghancurkan yang menewaskan lebih dari 250 orang dan menyebabkan kehancuran yang meluas. 

Tapi, keputusan serangan ke Israel justru menimbulkan dukungan yang meluas untuk Hamas. Profesor ilmu politik di Al Azhar University di Gaza, Mkhaimar Abusada, mengatakan bahwa dukungan untuk Hamas telah meningkat di tengah kekecewaan yang meluas dengan PA. 

“Pada akhirnya, Israel yang menghancurkan gedung-gedung ini. Kami menderita karena pendudukan Israel, kami menderita karena penindasan Israel ... Palestina tidak akan menyalahkan Hamas," kata Abusada.

Mantan pejabat senior Palestina dan veteran proses perdamaian yang memutuskan hubungan dengan kepemimpinan Palestina tahun lalu, Hanan Ashrawi, sebagian menyalahkan Israel atas jatuhnya PA. Dia mengatakan provokasi petugas keamanan Israel menyabotase upaya solusi dua negara, termasuk dengan memperluas permukiman . 

"Semakin banyak ini terjadi, semakin (para pemimpin Palestina) dipandang tidak berdaya sebelum pelanggaran Israel. Israel melanjutkan dengan impunitas penuh untuk membuat hidup semakin sengsara bagi rakyat Palestina," kata Ashrawi.

Israel mengatakan pihaknya membuat berbagai proposal selama bertahun-tahun untuk sebuah negara Palestina di sebagian besar Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem timur tetapi yang ditolak. Palestina mengatakan tawaran yang diajukan tidak cukup jauh 

Jajak pendapat yang telah mensurvei opini publik Palestina selama lebih dari dua dekade menunjukkan popularitas Hamas biasanya meningkat selama periode konfrontasi hanya untuk kembali normal ketika keadaan sudah tenang. Namun, Hamas dapat berargumen bahwa mereka membela Yerusalem ketika tidak ada orang lain seperti Abbas, maupun negara-negara Arab, maupun komunitas internasional. 

 

"Narasi ini benar-benar fantastis dalam hal keefektifannya, dan Hamas lolos karena Abbas tidak memiliki kredibilitas di antara orang-orang Palestina," kata peneliti yang melakukan jajak pendapat itu, Khalil Shikaki. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement