Rabu 26 May 2021 17:41 WIB

Dampak Serangan 11 Hari Israel ke Gaza Sangat Mengerikan

Gaza telah melalui empat eskalasi kekerasan besar

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Anak-anak berkumpul di samping kawah tempat rumah Ramez al-Masri dihancurkan oleh serangan udara sebelum gencatan senjata tercapai setelah perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel, Minggu, 23 Mei 2021, di Beit Hanoun. , Jalur Gaza utara.
Foto:

Ia menambahkan penelitian ICRC mengenai kesehatan jiwa masyarakat yang tinggal di zona konflik menunjukkan satu dari lima orang yang tinggal di zona konflik mengalami masalah kesehatan jiwa. Masyarakat yang terisolasi dari seluruh dunia, mengalami kekerasan berkali-kali ditambah serangan udara dan roket Israel selama 11 hari tanpa henti mengalami masalah jiwa terutama anak-anak.

"Salah satu rekan saya mengatakan seorang anak tidak bisa ke kamar mandi pada malam hari karena walaupun sudah ada gencatan senjata, mereka takut berjalan beberapa meter di rumah mereka tanpa ada yang menemani. Seorang ibu dari anak berusia 8 tahun mengatakan anaknya bertanya pertanyaan yang sangat sulit," kata Zakkout.  

"Sebagai ibu ia tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Salah satu pertanyaannya bisakah mereka tewas dalam konflik ini karena serangan udara. Ibu itu sangat khawatir karena putrinya mulai menentukan mana yang serangan udara, mana yang rudal, mana yang artileri, dan ibu itu mengatakan tidak boleh ada anak yang menentukan hal-hal seperti itu sebelum mereka mengenal nyanyian dan hal-hal perlu diketahui anak-anak," tambahnya.

Ia mengatakan ICRC menyambut baik gencatan senjata yang dimulai disepakati pekan lalu. Zakkout mengatakan gencatan senjata asih bertahan hingga hari keempat dan ICRC berharap akan terus bertahan. Kini ICRC menilai dampak dari serangan udara 11 hari.

"Ratusan rumah hancur, saya melihat seorang perempuan mengais-ngais barang-barang keluarganya di sebuah puing-puing pada hari pertama gencatan senjata," katanya.  

Zakkout mengatakan serangan udara selama 11 hari juga merusak jaringan air dan listrik, instruktur seperti jalan, sumur, panel surya, dan berbagai properti lainnya. Setiap 2 juta warga Gaza, kata Zakkout, terdampak pada serangan tersebut.

Zakkout mengatakan selama serangan udara berlangsung ICRC membantu rumah sakit terbesar di Gaza dengan peralatan medis perang. Ia mengatakan peralatan tersebut cukup untuk merawat korban luka berat. ICRC juga membantu Komunitas Palang Merah dan Bulan Sabit Palestina juga dengan obat-obatan, peralatan medis, dan mengevakuasi korban luka.

Ia menambahkan ICRC sepenuhnya membantu komunitas Bulan Sabit Palestina yang meningkatkan layanan mereka selama serangan udara. Mereka mengerahkan banyak mobil ambulan dan 420 sukarelawan mereka berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi yang terluka di situasi yang sangat berbahaya dan rumit.

"Kami mendukung Pertahanan Sipil mengevakuasi masyarakat dari rumah-rumah yang rusak sebagian atau rusak total dan membantu mengakomodasi bila ada kebakaran terjadi," kata Zakkout.

Ia mengatakan fokus ICRC saat ini adalah memenuhi kebutuhan masyarakat di Jalur Gaza yang sangat besar. Pasalnya serangan udara Israel berdampak pada  beberapa fasilitas kesehatan. Kini, kata Zakkout, ICRC mencoba membawa obat-obatan dan peralatan ke Gaza dan meningkatkan sumber daya manusia dengan membawa dokter bedah ke Gaza serta dokter dan perawat.

"Kami juga tidak melupakan masyarakat dengan disabilitas yang paling menderita setiap kekerasan pecah atau selama pandemi. Harus bergerak cepat untuk mengevakuasi diri sangat sulit bagi masyarakat dengan disabilitas. Kami membantu dengan kaki palsu," katanya.

Ia menambahkan ICRC sudah membantu masyarakat dengan disabilitas di Palestina sejak 2007 dan bantuan tersebut tidak berhenti selama serangan udara terjadi pada awal bulan lalu. Begitu pun setelah gencatan senjata sudah disepakati. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement