Negara delta Asia Selatan ini telah sering mengalami bencana alam selama beberapa dekade karena merupakan salah satu negara yang paling terkena dampak perubahan iklim di dunia. Dalam lima dekade terakhir, hampir setengah juta orang di Bangladesh telah meninggal akibat lebih dari selusin siklon.

Menyusul Topan Sidr yang sangat parah pada 2007, pihak berwenang Bangladesh telah membangun banyak tempat perlindungan topan dan membangun permukiman lain untuk menahan kerusakan akibat bencana alam, yang mengakibatkan korban jiwa yang relatif lebih sedikit dari bencana alam. Pada Mei tahun lalu, 31 orang di Bangladesh meninggal akibat Topan Amphan, yang juga melanda beberapa bagian negara tetangga India.

Rohingya tak Terpengaruh Topan

Sementara itu, 20.000 orang Rohingya di sebuah pulau terpencil di Bangladesh di selatan Teluk Benggala tidak terpengaruh oleh topan tersebut. Namun karena dampaknya, permukaan air naik dan banyak orang Rohingya terlihat menangkap ikan di dalam air.

Orang-orang yang teraniaya, yang dipindahkan ke sana, juga mengungsi di tempat penampungan siklon yang berfungsi ganda sebagai pusat pembelajaran di bawah proyek pulau. Pemerintah Bangladesh telah membangun 1.400 rumah klaster besar empat kaki di atas tanah dengan blok beton dan 120 tempat penampungan topan bertingkat di pulau itu. Setiap rumah klaster terdiri dari 16 kamar.

Menghabiskan lebih dari 350 juta dolar AS dari sumber daya domestiknya, negara mayoritas Muslim itu telah mengembangkan proyek permukiman kembali di lahan seluas 13 ribu hektare untuk memukimkan sementara 100 ribu Muslim Rohingya. Menurut sumber resmi, pulau lumpur yang terletak 50 kilometer di lepas pantai barat daya Bangladesh dan hampir 193 kilometer selatan ibu kota Dhaka, tetap terputus dari daratan dan potensi bantuan selama bencana alam.

Ikuti Whatsapp Channel Republika