Rabu 23 Jun 2021 17:51 WIB

Serangan Udara di Tigray Tewaskan Puluhan Orang

Warga berlari ketika ledakan menghantam pasar.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu
Foto: AP/Ethiopian News Agency
Gambar ini dibuat dari video tak bertanggal yang dirilis oleh Kantor Berita Ethiopia milik negara pada Senin, 16 November 2020 menunjukkan militer Ethiopia duduk di sebuah pengangkut personel lapis baja di sebelah bendera nasional, di jalan di daerah dekat perbatasan Tigray dan wilayah Amhara di Ethiopia. Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan dalam sebuah posting media sosial pada hari Selasa, 17 November 2020 itu

REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Saksi mata dan petugas medis mengatakan, serangan udara ke Kota Tagogon, wilayah Tigray, Ethiopia, menewaskan puluhan orang. Hal ini disampaikan satu hari setelah warga mengatakan beberapa hari terakhir pertempuran di utara ibu kota Provinsi Mekelle kembali pecah.  

Seorang perempuan mengatakan sebuah bom menghantam pasar pada Selasa (23/6) sekitar pukul 13.00. Ia mengatakan suami dan putrinya yang berusia dua tahun terluka dalam serangan tersebut.

"Kami tidak lihat pesawatnya tapi kami mendengarnya, ketika ledakan terjadi, semua orang lari, beberapa waktu kemudian kami kembali dan kami mencoba mengangkat yang terluka," kata perempuan itu, Rabu (23/6).

Mengutip saksi mata dan petugas pertolongan pertama, seorang petugas medis mengatakan puluhan orang tewas dalam serangan ini. Juru bicara militer Ethiopia Kolonel Getnet Adane tidak mengonfirmasi atau membantah serangan itu.

Ia mengatakan, serangan udara taktik yang biasanya digunakan militer dan pasukan Ethiopia tidak mengincar warga sipil. Tiga orang petugas medis lainnya mengatakan militer mencegah ambulan masuk ke lokasi kejadian.

Salah satu petugas medis mengatakan, sekitar 20 petugas medis di enam mobil ambulans berusaha menggapai yang terluka. Namun tentara menghentikan mereka di pos penjagaan.

"Mereka memberitahu kami kami tidak bisa pergi ke Toboga, di pos penjagaan kami bertahan selama lebih dari satu jam untuk bernegosiasi, kami memiliki surat dari biro kesehatan, kami menunjukkan pada mereka, tapi mereka mengatakan itu perintah," katanya.

Getnet membantah militer menghalangi ambulan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement