Mengenai skenario potensial misi militer Turki untuk menjaga bandara internasional di Kabul, diplomat itu mengatakan bahwa "kesepakatan seperti itu dicapai antara Ankara dan Washington tanpa memperhitungkan pendapat Kabul".
“Kehadiran kontingen militer Turki setelah berakhirnya penarikan pasukan AS dan NATO dari Afghanistan bertentangan dengan ketentuan perjanjian AS-Taliban yang disepakati pada 29 Februari 2020 di Doha," lanjut Kabulov.
“Selain itu, Taliban sangat menentang kehadiran militer asing setelah berakhirnya kampanye militer Amerika di IRA [Republik Islam Afghanistan]. Selama konsultasi baru-baru ini di Moskow [diadakan pada 8 Juli], utusan Taliban sekali lagi mengutuk keputusan Ankara dan menyebutnya sebagai kesalahan," kata dia lagi.
Ini berarti bahwa Turki harus menyelesaikan masalah yang melibatkan militernya dalam langkah perlindungan bandara Kabul dengan pihak berwenang Afghanistan dan Taliban.
"Kami percaya bahwa mempertahankan misi militer Turki di Afghanistan setelah penarikan pasukan AS dan NATO akan menghambat penyelesaian awal situasi di IRA dan peluncuran proses rekonsiliasi nasional," terang dia.