REPUBLIKA.CO.ID, ZHENGZHOU -- Puluhan ribu orang dievakuasi dari sejumlah wilayah yang dilanda banjir di China tengah, Kamis (22/7). Pihak berwenang sebelumnya melaporkan 33 orang tewas dalam bencana banjir yang melanda provinsi Henan akibat hujan deras selama hampir sepekan.
Banyak kota tenggelam dan lahan pertanian hancur saat cuaca buruk menyebar ke utara. Kantor berita resmi Xinhua melaporkan kerugian ekonomi akibat bencana itu mencapai 1,22 miliar yuan (sekitar Rp 2,74 triliun).
Biro cuaca provinsi pada Kamis menaikkan peringatan badai bagi empat kota di utara Henan --Xinxiang, Anyang, Hebi, dan Jiaozoluo-- menjadi merah, level tertinggi dari empat kode warna dalam sistem peringatan cuaca. Jumlah korban sebanyak 33 jiwa itu termasuk 12 orang yang tewas dalam kereta bawah tanah yang terendam banjir di ibu kota provinsi, Zhengzhou, 650 km barat daya Beijing, awal pekan ini.
Di Zhengzhou, di mana cuaca buruk mencapai puncaknya pada Selasa, langit sudah tampak cerah meskipun banjir setinggi pinggang atau lebih masih merendam jalan-jalan di sejumlah tempat. Tim penyelamat menggunakan perahu karet untuk memindahkan warga ke tempat aman.
Warga lain menerobos banjir sambil mengangkat barang di atas kepala atau menunggu di atas mobil mereka yang setengah tenggelam untuk dijemput. Sejumlah warga diangkut dengan truk penggali melewati banjir.
Sebanyak 15 sukarelawan dari perusahaan konstruksi di provinsi Sichuan menggunakan perahu untuk mengangkut warga yang terjebak di sebuah gedung apartemen. "Kami membawa orang-orang tua, wanita hamil, dan anak-anak dulu. Dulu, Sichuan diguncang gempa. Sekarang banjir di sini. Hari ini kamu membantuku, besok aku membantumu," kata seorang sukarelawan.
Pada 2008, gempa 7,9 magnitudo menghantam Sichuan dan menewaskan puluhan ribu orang, bencana paling mematikan di China selama puluhan tahun. Pekan ini, Zhengzhou menjadi episentrum cuaca ekstrem di China tengah, dengan curah hujan mencapai 617,1 mm dari Sabtu hingga Selasa, hampir setara dengan rata-rata 640,8 mm setahun.