Senin 23 Aug 2021 08:12 WIB

Eropa Takut Ledakan Skala Besar Pengungsi Afghanistan

Eropa memberi pesan jelas, pengungsi harus pergi ke negara tetangga Afghanistan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Banjir pengungsi Afghanistan
Foto:

Beberapa politisi Jerman termasuk calon kandidat kanselir yang menggantikan Angela Merkel dari blok kanan moderat, Armin Laschet mengatakan krisis pengungsi 2015 tidak boleh terulang. Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menekankan hal serupa.

"Eropa tidak dapat menanggung konsekuensi (dari situasi di Afghanistan) sendiri dan harus mengantisipasi dan melindungi diri kami sendiri dari aliran migrasi tidak biasa yang signifikan," katanya.

Inggris yang sudah tidak lagi tergabung dengan Uni Eropa pada 2020 mengatakan akan menyambut 5.000 pengungsi Afghanistan dan mendirikan permukiman untuk 20 ribu lainnya dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu hanya ada sedikit negara Eropa yang memberikan janji konkret. Sebagian besar telah mengevakuasi warga negara mereka sendiri dan warga Afghanistan yang bekerja sebagai staf lokal kedutaan.

Eropa beralasan fokus membantu rakyat Afghanistan di dalam negeri mereka sendiri dan negara-negara tetangga seperti Iran dan Pakistan. "(Eropa) tidak boleh menunggu sampai orang menunggu di perbatasan luar kami," kata Komisioner Urusan Dalam Negeri Uni Eropa Ylva Johansson.

Saat mengunjungi permukiman darurat pengungsi Afghanistan di Spanyol, Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengakui tantangan yang dihadapi Eropa. Ia mengatakan akan bekerja sama dengan negara ketiga.

"Kemitraan dengan negara-negara ketiga akan menjadi inti pembahasan kami di Uni Eropa, kami telah mengadopsi strategi untuk memastikan imigrasi dapat berlangsung dengan tertib dan konsisten," katanya.

"Kami harus menemukan keseimbangan antara martabat Uni Eropa dan kapasitas kota untuk mempertahankan kepentingan Uni Eropa," kata Michel.

Yunani menegaskan tidak ingin krisis pengungsi 2015 terulang kembali. Sejak enam tahun yang lalu, pulau-pulau Yunani yang berbatasan dengan Turki menjadi pintu masuk bagi ratusan ribu pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan, dan negara-negara lain.

Menteri Imigrasi Yunani Notis Mitarchi mengatakan Yunani tidak terima menjadi 'pintu gerbang aliran imigrasi tidak biasa ke Uni Eropa'. Mereka mempertimbangkan Turki sebagai tempat yang aman bagi pengungsi Afghanistan.

Pernyataan itu membuat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan marah. Negaranya sudah menampung 3,6 juta pengungsi Suriah dan ratusan ribu pengungsi Afghanistan dan mengancam akan mengirim mereka ke Eropa untuk kepentingan politik.  

"Turki tidak memiliki tanggung jawab, kewajiban atau tugas menjadi gudang pengungsi Eropa," kata Erdogan dalam pidatonya Kamis (19/8) lalu.

Presiden Turki itu melakukan sambungan telepon dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mengenai imigrasi dari Afghanistan. Ia juga melakukan sambungan telepon serupa dengan Iran. 

sumber : Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement