Selasa 24 Aug 2021 08:24 WIB

AS tak Dapat Injak Kaki di Asia Tengah Saat Taliban Bangkit

Rusia dan China yang sebelumnya membantu AS di Asia Tengah tak lagi sejalan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Rusia dan Amerika Serikat.
Foto:

Pengaruh Rusia dan China terlihat jelas saat Taliban menyapu Afghanistan pada awal Agustus lalu. Rusia menjadi tuan rumah latihan militer skala besar Uzbekistan dan Tajikistan di perbatasannya dengan Afghanistan. China menggelar latihan bersama 'anti-terorisme' dengan Tajikistan.

Menurut pengamat, Beijing mendirikan pangkalan militer di Tajikistan. AS sendiri mulai mengerjakan kembali operasi kontra-terorisme setelah semua pasukannya ditarik dari Afghanistan pada 31 Agustus mendatang.  

Pejabat pertahanan AS memperingatkan walaupun kapabilitas yang disebut 'over-the-horizon' tetap dipertahankan tapi ruang gerak mereka tetap terbatas. Setelah Taliban menggelar serangan yang sangat cepat, AS tidak mengumumkan perjanjian keamanan baru dengan negara-negara tetangga Afghanistan.

"Opsi yang sekarang dari negara-negara (Teluk) Persia dan penerbangannya ke Afghanistan sangat panjang, maka bukan cara yang paling cepat dalam melakukan serangan kontra teroris," kata mantan Duta Besar AS untuk Kazakhstan, Willam Courtney.

"Hal itu dapat dilakukan, tapi dapat dilakukan lebih efektif bila dilakukan dari Kyrgyzstan atau Uzbekistan," kata Courtney yang saat ini peneliti senior di lembaga think tank RAND Corporation.

Peneliti Foreign Policy Research Institute di Bishkek, Kyrgyzstan, Niva Yau mengatakan pesan dari Rusia dan China semakin menekankan keinginan mengatasi masalah keamanan dari Afghanistan melalui 'kawasan'. Hal itu terutama melalui CSTO dan Shanghai Cooperation Organization (SCO) kelompok yang didirikan China, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, dan Uzbekistan pada 2001.

"Yang artinya (pendekatan mereka) tidak melibatkan Amerika Serikat atau intervensi asing lainnya," kata Yau.

Pada Kamis (18/8) lalu, the Wall Street Journal melaporkan Putin menolak kemungkinan kehadiran militer AS di sepanjang perbatasan utara Afghanistan. Hal itu disampaikan dalam pertemuan dengan Biden di Jenewa bulan Juni lalu.

"Kami tidak melihat bagaimana kehadiran militer AS dalam berbagai bentuk di Asia Tengah dapat memperkuat keamanan negara-negara yang terlibat atau/dan tetangga mereka, jelas itu bukan kepentingan Rusia," kata Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabko pada surat kabar itu.

"Posisi ini tidak berubah dengan latar belakang apa yang terjadi di Afghanistan baru-baru ini," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement