Selasa 24 Aug 2021 21:47 WIB

Presiden Ukraina ingin Pulihkan Semenanjung Krimea

Zelenskyy menuduh Rusia telah mengubah Krimea menjadi pangkalan militer.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden terpilih Ukraina Volodymyr Zelenski.
Foto:

Pada April, Rusia meningkatkan pasukan di dekat perbatasannya dengan Ukraina, termasuk di Krimea, yang menimbulkan kemarahan internasional. Dua bulan kemudian, tepatnya pada 23 Juni, Rusia mengatakan salah satu kapal perangnya di Laut Hitam melepaskan tembakan peringatan. Selain itu, pesawat tempur Rusia menjatuhkan bom di jalur kapal perusak Angkatan Laut Kerajaan Inggris, HMS Defender.

Serangan bom tersebut bertujuan untuk mengusir kapal Inggris dari daerah dekat Krimea yang diklaim sebagai perairan teritorial Moskow. Inggris, yang tidak mengakui pencaplokan Krimea, bersikeras bahwa HMS Defender tidak diserang, dan sedang berlayar di perairan Ukraina.

Pejabat tinggi Barat menyampaikan pesan dukungan untuk Ukraina. Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengatakan, Ukraina tidak akan pernah sendirian dalam memperjuangkan dan merebut kembali Krimea. Karena menurut Michel, Krimea adalah Ukraina.

“Sayangnya, Rusia terus bertindak dengan cara melipatgandakan dampak negatif aneksasi. Militerisasi di semenanjung yang terus berlanjut sangat mempengaruhi situasi keamanan di wilayah Laut Hitam," kata Michel.

 

Secara terpisah pada Senin, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut konferensi terkait Semenanjung Krimea sebagai acara anti-Rusia. Peskov mengkritik Kanselir Jerman Angela Merkel atas pernyataannya tentang konflik yang sedang berlangsung di wilayah Donetsk dan Lugansk Ukraina.

Pasukan pemerintah telah memerangi separatis yang didukung Rusia di daerah itu sejak April 2014. Peskov dengan tegas menolak klaim Merkel bahwa Rusia terlibat secara intensif dalam konflik tersebut. “Rusia tidak memiliki hubungan apa pun dengan pihak-pihak yang berkonflik,” kata Peskov. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement