Sahar (21 tahun), misalnya, mengaku senang Taliban tak melarang kaum perempuan untuk mengikuti pendidikan akademis. Namun, dia menilai, aturan segregasi gender itu terlalu ekstrem.
Sahar mengungkapkan, ada begitu banyak mahasiswi di Kabul yang tumbuh di lingkungan bebas. Mereka memiliki kesempatan memilih baju apa yang ingin dikenakan dan ke universitas mana mereka ingin menempuh studi.
Sahar mengatakan, mahasiswa perempuan di sana pun punya kehendak bebas untuk duduk di kelas dengan laki-laki atau tidak. "Tapi sekarang akan terlalu sulit. Sulit bagi mereka beradaptasi dengan aturan ekstrem ini," ucapnya, dikutip CNN, Rabu (8/9).
Saat Taliban memerintah Afghanistan pada 1996-2001, mereka melarang perempuan dan anak perempuan bersekolah serta bekerja. Saat pemerintahan Taliban tumbang pada 2001, kaum perempuan di sana dibebaskan untuk kuliah dan bekerja.
Baca juga : Taliban Kibarkan Bendera di Istana Kepresidenan