Selasa 26 Oct 2021 14:18 WIB

Erdogan tak Jadi Usir 10 Duta Besar, Ini Alasannya

Erdogan tegaskan pengadilan Turki tak menerima perintah dari siapapun.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Foto:

Direktur komunikasi Turki Fahrettin Altun kemudian mengingatkan bahwa Ankara bakal menindak lebih lanjut dari pernyataan para dubes tersebut. "Kementerian luar negeri kami telah memberikan tanggapan yang diperlukan untuk misi asing ini dan memperingatkan mereka tentang perilaku mereka yang tidak dapat diterima," kata Altun.

"Pemerintah kami tidak akan menghindar dari langkah lebih lanjut untuk menunjukkan bahwa kami tidak akan pernah mengkompromikan kedaulatan nasional kami," katanya di Twitter.

Reaksi Kedutaan

Sebelumnya, Erdogan menyambut pernyataan oleh beberapa kedutaan Barat. Mereka dibuat hampir bersamaan di Twitter ketika Erdogan memasuki rapat kabinet untuk membahas kemungkinan pengusiran para diplomat. "Amerika Serikat mencatat bahwa mereka mempertahankan kepatuhan terhadap Pasal 41 Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik," kata Kedutaan Besar AS di Twitter.

Kanada, Belanda, dan Selandia Baru masing-masing mengirim pesan serupa. Sementara Norwegia, Swedia, Denmark, dan Finlandia men-tweet ulang pesan AS. Tidak ada pernyataan yang jelas dari kedutaan Jerman atau Prancis.

Seorang juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan kepada wartawan di Berlin, "Kami memperhatikan pernyataan Presiden Turki dengan prihatin dan juga dengan ketidakpahaman."

Mantan diplomat dan ketua Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Luar Negeri yang berbasis di Istanbul, Sinan Ulgen mengatakan, bahwa kemenlu kemungkinan berusaha mencari jalan keluar dari krisis.

Menurut Ulgen, para diplomat berkomentar tentang peradilan Turki, namun masalahnya bukan hanya tentang kasus Kavala, namun tentang penolakan Ankara untuk menerapkan keputusan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR).

Pada Desember 2019, ECHR melayangkan kecurigaan yang masuk akal bahwa Turki melakukan pelanggaran dan memutuskan penahanan Kavala dimaksudnkan untuk membungkamnya.

Kavala dipenjara karena diduga mendanai protes nasional pada 2013 dan keterlibatan dalam kudeta yang gagal pada tahun 2016. Pengadilannya berlanjut tetapi dia telah membantah tuduhan tersebut.

Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan kasusnya adalah simbol dari tindakan keras terhadap perbedaan pendapat di bawah Erdogan. Pada Jumat pekan lalu Kavala mengatakan bahwa dia tidak akan lagi menghadiri persidangannya, karena sidang yang adil tidak mungkin dilakukan setelah komentar baru-baru ini oleh presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement