Jumat 12 Nov 2021 11:21 WIB

Di Bawah Taliban, Nasib Bioskop di Afghanistan Terlunta

Nasib bioskop legendaris di Afghanistan di ujung tanduk karena diabaikan Taliban

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021. Nasib bioskop legendaris di Afghanistan di ujung tanduk karena diabaikan Taliban.
Foto:

Ferdous ditunjuk sebagai direktur Ariana lebih dari setahun yang lalu.  Dia sebelumnya memimpin divisi Kesetaraan Gender di Kabul. Di divisi tersebut, dia bekerja untuk mendapatkan gaji yang sama bagi karyawan wanita dan mengangkat wanita sebagai perwira senior di departemen kepolisian distrik ibukota.

Ketika Ferdous datang ke Ariana, para staf pria terkejut. Namun mereka sangat kooperatif dan telah bekerja dengan baik. Ferdous fokus untuk membuat bioskop lebih ramah bagi wanita. Mereka mendedikasikan satu sisi auditorium untuk pasangan dan keluarga. Ferdous menempatkan penjaga wanita agar penonton wanita merasa lebih nyaman.

Sejak saat itu, pasangan mulai datang ke bioskop secara reguler. Pada Maret 2021, bioskop menyelenggarakan festival film Afghanistan yang terbukti sangat populer. Festival itu dihadiri oleh para aktor Afghanistan yang mengadakan sesi pertemuan dan berdialog dengan penonton.

Sekarang semua kegiatan di Ariana terhenti. Nasib staf Ariana terkatung-katung. Karyawan laki-laki telah menerima sebagian dari gaji mereka sejak Taliban berkuasa. Namun Ferdous mengaku belum menerima gaji sama sekali.

“Perempuanlah yang paling menderita. Perempuan hanya meminta haknya untuk bekerja. Jika mereka tidak diizinkan (bekerja), situasi ekonomi akan memburuk," ujar Ferdous.

Direktur Umum Departemen Budaya Kota Kabul, Inanullah Amany, mengatakan jika Taliban melarang pemutaran film di bioskop, maka karyawan Ariana dapat dipindahkan untuk bekerja di kota lainnya. Opsi lainnya adalah mereka diberhentikan.

Para staf mengatakan mereka tidak bisa menebak kebijakan apa yang akan diputuskan oleh Taliban. Namun sebagian besar staf tidak ada yang terlalu berharap Taliban akan mengizinkan pemutaran film di bioskop. Kepala Proyeksi Ariana, Rahmatullah Ezati, mengatakan apabila Taliban memutuskan untuk menutup bioskop maka akan menjadi kerugian besar. Menurut Ezati, bioskop merupakan salah satu lambang budaya suatu negara.

"Jika suatu negara tidak memiliki bioskop, maka tidak ada budaya.  Melalui bioskop, kami telah melihat negara-negara lain seperti Eropa, Amerika Serikat, dan India," ujar Ezati.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement