Jumat 12 Nov 2021 11:21 WIB

Di Bawah Taliban, Nasib Bioskop di Afghanistan Terlunta

Nasib bioskop legendaris di Afghanistan di ujung tanduk karena diabaikan Taliban

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Bendera ikonik Taliban dilukis di dinding di luar kompleks kedutaan Amerika di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 11 September 2021. Nasib bioskop legendaris di Afghanistan di ujung tanduk karena diabaikan Taliban.
Foto:

Bagi Niazai, bioskop adalah pintu masuk ke dunia yang berbeda. Niazai bercerita dia berasal dari sebuah desa di wilayah pegunungan. Ketika sudah menikah, suami Niazai membawanya pindah ke Kabul

Suami Niazai bekerja di Kementerian Keuangan, sedangkan Niazai adalah seorang ibu rumah tangga. Niazai menuturkan usai pulang kerja suaminya kerap membawanya ke Bioskop Ariana untuk menonton film Bollywood.

“Kami tidak berhijab saat itu. Banyak pasangan pergi ke bioskop dan bahkan tidak ada bagian terpisah. Anda bisa duduk di mana pun Anda mau," kata Niazai yang sekarang berusia akhir 50-an.

Pada saat itu, perang berkecamuk di Afghanistan ketika pemerintah Najibullah memerangi koalisi panglima perang dan militan Islam yang didukung Amerika. Mujahidin menggulingkan Najibullah pada 1992. Kemudian mereka saling menyerang dalam memperebutkan kekuasaan yang menghancurkan Kabul. Mereka membunuh ribuan orang yang terperangkap dalam baku tembak.

Ketika itu, Bioskop Ariana rusak berat karena terkena bom dan baku tembak. Bioskop Ariana terbengkalai dalam reruntuhan selama bertahun-tahun. Ketika Taliban mengusir mujahidin dan mengambil alih Kabul pada 1996, semua bioskop yang bertahan di sekitar Kabul ditutup.

Kebangkitan Bioskop Ariana terjadi setelah penggulingan Taliban dalam invasi pimpinan AS pada 2001. Pemerintah Prancis membantu membangun kembali bioskop pada 2004. Bantuan internasional bernilai miliaran dolar mengalir deras untuk membentuk kembali Afghanistan selama 20 tahun ke depan. Ketika Taliban digulingkan, bioskop mulai meledak.

Penanggung jawab tiket, Abdul Malik Wahidi, mengatakan film India selalu menjadi daya tarik terbesar di Bioskop Ariana, termasuk film aksi, terutama yang menampilkan Jean-Claude Van Damme. Ketika industri film domestik Afghanistan dihidupkan kembali, Ariana memutar beberapa film Afghanistan yang diproduksi setiap tahun.

Ariana memiliki tiga pertunjukan dalam sehari. Film terakhir diputar pada sore hari, dengan harga tiket 50 afghanistan atau sekitar 50 sen. Penontonnya kebanyakan laki-laki. Dalam masyarakat konservatif Afghanistan, bioskop dipandang sebagai ruang laki-laki dan hanya sedikit perempuan yang hadir.

Wahidi mengingat, bagaimana dia dan staf lainnya harus menonton terlebih dahulu semua film asing untuk menyensor adegan yang dianggap terlalu vulgar. Misalnya saja, adegan pasangan yang berciuman atau wanita yang berpakaian terlalu terbuka.

Adegan yang dianggap vulgar tapi tidak disensor dapat membuat penonton marah. Penonton yang tersinggung akan melemparkan benda-benda ke layar bioskop. Wahidi mengingat salah satu penjaga di Ariana marah dengan sebuah adegan kemudian menyerbu keluar dan berteriak padanya, "Bagaimana Anda bisa menunjukkan pornografi?".

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement