Jumat 12 Nov 2021 15:37 WIB

Arab Saudi Dituduh Menjegal Dialog Iklim

Arab Saudi yang kaya minyak bumi diduga menyabotase dialog mengatasi perubahan iklim

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Fasilitas minyak Aramco di Jubeil, 600 kilometer dari Riyadh, Arab Saudi. Foto diambil 3 Mei 2009. Arab Saudi yang kaya minyak bumi diduga menyabotase dialog untuk mengatasi perubahan iklim.
Foto:

Meski Arab Saudi berusaha mendiversifikasi ekonominya, hingga kini minyak masih menyumbang lebih dari setengah pemasukannya. Kerajaan dan keluarga kerajaan dapat tetap berkuasa dengan stabil. Setengah dari pekerja Arab Saudi masih bekerja di sektor publik, sebagian besar gaji mereka dibayar dari uang minyak.

Selain itu ada China yang bergantung pada batu bara sehingga menjadi negara penghasil polusi terbesar di dunia. Mereka berpendapat dapat beralih ke sumber energi yang lebih besar secepat yang diinginkan Barat walau Amerika Serikat dan Cina berjanji mempercepat upaya memotong emisi mereka.

Inti dari pembicaraan iklim adalah PBB dan ilmuwan mengatakan dunia memiliki waktu kurang dari satu dekade untuk memotong emisi dan pertanian dan bahan bakar fosil setengah dari saat ini jika ingin menghindari skenario bencana yang disebabkan pemanasan global. Negara-negara kepulauan yang dapat hilang ketika permukaan air laut naik akibat pemanasan global menjadi pihak yang paling keras dalam kesepakatan di Glasgow.

Advokat iklim menuduh AS dan Uni Eropa tidak memenuhi janji mereka pada negara-negara kepulauan tersebut. AS dan Uni Eropa biasanya menunggu hingga hari terakhir dalam pembicaraan perubahan iklim untuk mengambil sikap yang tegas dalam perdebatan. AS merupakan penghasil polusi dan produsen minyak dan gas dunia. Negeri Paman Sam banyak dikritik di Glasgow.

Kelompok Climate Action Network mencela pemerintahan Presiden Joe Biden dengan memberikan penghargaan 'Fossil of the Day' pada Biden menjelang pertemuan Glasgow pekan lalu. Sebutan itu disematkan sebab AS gagal memotong produksi batu bara dan minyak negaranya.

Direktur eksekutif kelompok lingkungan Greenpeace Jennifer Morgan mengatakan pemerintah-pemerintah di dunia harus 'mengisolasi delegasi Arab Saudi' apabila mereka ingin konferensi iklim berjalan sukses. Arab Saudi ikut bergabung dengan pemerintah-pemerintah lain berjanji netral karbon pada tiga dekade yang akan datang.

Sebelum COP26, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman mengikrarkan negaranya akan nol karbon pada 2060. Namun selama bertahun-tahun pemimpin-pemimpin Arab Saudi juga berjanji akan terus memompa minyak sampai permintaan dunia tidak ada lagi. Hal ini menyulitkan dunia beralih dari bahan bakar fosil.

"Telanjang dan sinis," kata peneliti senior E3G Alden Meyer menanggapi peran Arab Saudi di negosiasi perubahan iklim.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement