Rabu 17 Nov 2021 14:01 WIB

Perempuan Ikut Angkat Senjata Lawan Rezim Militer Myanmar

Partisipasi perempuan dalam gerakan perlawanan di Myanmar bukan sesuatu yang baru

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Demonstran wanita berlatih sling shot selama protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar,  Kamis (18/3). Partisipasi perempuan dalam gerakan perlawanan di Myanmar bukan sesuatu yang baru.
Foto:

Namun beberapa bulan kemudian karena pandemi sekolah di seluruh Myanmar tutup. Ia kemudian terpaksa bekerja di toko barbekyu.

Kudeta mendorong guru menggelar unjuk rasa menolak bekerja di bawah pemerintahan militer. Kabya May pun bergabung dengan gerakan tersebut. Ketika toko barbekyu tempatnya bekerja tutup, ia ikut ayahnya menyiram pestisida dengan ayahnya dan mengambil semua pekerjaan yang bisa ia lakukan.

"Keluarga saya besar dan kami sangat tergantung pada upah harian. Jika kami tidak bekerja sehari, kami tidak memiliki apa-apa untuk dimakan," katanya.

Ketika ia mendengar orang-orang dari kampung halamannya membentuk kelompok perlawanan bersenjata ia bertanya apakah perempuan juga dapat bergabung. Pada bulan Juli ia mulai latihannya. Kesempatan ini membuat Kabya tidak hanya pertama kalinya memakai celana panjang tapi juga pertama kalinya dekat dengan laki-laki selain keluarganya.

"Ketika saya pertama kali bergabung, saya merasa malu. Namun kemudian saya merasa nyaman dan kami menjadi rekan seperjuangan. Kami berlatih bersama (laki-laki), seperti push-up. Saya mencoba menyeimbangi, saya merasa sakit otot dan punggung tapi saya menahannya," papar Kabya May.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement