Selama delapan tahun pemerintahan Chun di Gedung Biru kepresidenan ditandai dengan kebrutalan dan represi politik. Namun, hal itu juga ditandai dengan meningkatnya kemakmuran ekonomi.
Chun mengundurkan diri dari jabatannya di tengah gerakan demokrasi nasional yang dipimpin mahasiswa pada 1987 menuntut sistem pemilihan langsung. Pada 1995, dia didakwa dengan pemberontakan, pengkhianatan, dan ditangkap setelah menolak untuk hadir di kantor kejaksaan dan melarikan diri ke kampung halamannya.
Sosok Chun dan rekan konspirator kudeta dan Presiden penerus Roh Tae-Woo dinyatakan bersalah atas pemberontakan, pengkhianatan, dan penyuapan. Dalam putusan, hakim mengatakan bahwa kenaikan kekuasaan Chun datang melalui cara ilegal yang menimbulkan kerusakan besar pada rakyat.
Menurut kesaksian para penyintas, mantan perwira militer, dan penyelidik, ribuan mahasiswa diyakini telah tewas di Gwangju. Roh diberi hukuman penjara yang lama sementara Chun dijatuhi hukuman mati.
Tapi, Chun mendapatkan hukuman yang diringankan oleh Pengadilan Tinggi Seoul sebagai pengakuan atas perannya dalam perkembangan ekonomi yang cepat dari ekonomi "Harimau" Asia dan pemindahan kepresidenan secara damai ke Roh pada 1988. Kedua pria tersebut diampuni dan dibebaskan dari penjara pada 1997 oleh Presiden Kim Young-sam, dalam apa yang disebutnya sebagai upaya untuk mempromosikan persatuan nasional.
Chun kembali menjadi sorotan. Dia menyebabkan kehebohan nasional pada 2003 ketika mengklaim total aset 291.000 won uang tunai, dua anjing dan beberapa peralatan rumah. Sementara berutang sekitar 220,5 miliar won dalam denda.
Keempat anaknya dan kerabat lainnya kemudian ditemukan memiliki petak besar tanah di Seoul dan vila-vila mewah di Amerika Serikat. Keluarga Chun pada 2013 bersumpah untuk melunasi sebagian besar utangnya, tetapi denda yang belum dibayarnya masih berjumlah sekitar 100 miliar won hingga Desember 2020.
Pada 2020, Chun dinyatakan bersalah dan menerima hukuman percobaan delapan bulan karena mencemarkan nama baik mendiang aktivis demokrasi dan imam Katolik dalam memoarnya pada 2017. Jaksa telah mengajukan banding, dan Chun seharusnya menghadapi persidangan minggu depan.