Senin 29 Nov 2021 15:49 WIB

Menanti Dialog Nuklir Iran, Akankah Tercapai Kata Sepakat?

Dalam dialog nuklir, Iran hanya ingin sanksi dicabut tapi AS ngotot batasi uranium

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Presiden Iran Ebrahim Raisi menyapa media saat dia pergi setelah konferensi pers pertamanya setelah memenangkan pemilihan presiden, di Teheran, Iran, 21 Juni 2021. Raisi mengatakan bahwa pemerintahnya akan mengikuti negosiasi nuklir dengan kekuatan dunia tetapi tidak untuk waktu yang lama , menambahkan bahwa AS harus mencabut sanksi dan kembali ke kesepakatan JCPOA.
Foto:

Kani juga mengisyaratkan Teheran siap untuk terus menghadapi sanksi Washington jika pembicaraan Wina tidak memenuhi harapannya. "Ketergantungan pada kemampuan dan kapasitas domestik telah menjadi kunci sukses bagi Iran selama empat dekade terakhir,” katanya.

"Pengalaman telah menunjukkan bahwa kemandirian akan terbukti lebih produktif dan bermanfaat daripada apa pun dalam proses perkembangan politik, ekonomi, dan bahkan keamanan dan militer yang canggih. Kami telah melangkah jauh dan kami adalah orang-orang yang sabar," ujar Kani dilansir Fars News.

Iran Minta Kompensasi

Kani menyatakan kekuatan Barat harus memberikan kompensasi kepada Iran. Kompensasi ini diminta atas kerusakan finansial yang dilakukan oleh penarikan Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan nuklir 2015 untuk menghidupkan kembali pakta itu.

"Harus memprioritaskan kompensasi atas pelanggaran kesepakatan, yang mencakup penghapusan semua sanksi pasca-JCPOA," ujar Kani merujuk pada Rencana Aksi Komprehensif Bersama.

"Barat perlu membayar harga karena gagal menegakkan bagiannya dari tawar-menawar. Seperti dalam bisnis apa pun, kesepakatan adalah kesepakatan, dan melanggarnya memiliki konsekuensi," kata Kani menulis dalam sebuah opini untuk Financial Times.

AS menarik diri dari kesepakatan di bawah mantan presiden Donald Trump pada 2018. Kemudian negara itu menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Pembicaraan tidak langsung antara AS dan Iran akan dilanjutkan di Wina setelah jeda lima bulan pada Senin (29/11). Pembicaraan ini bertujuan untuk membawa Washington dan Teheran kembali mematuhi kesepakatan 2015, dengan Teheran membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.

Tujuan utama Iran dalam pembicaraan itu, menurut Kani, untuk mendapatkan penghapusan sanksi yang telah dijatuhkan kepada rakyat Iran secara penuh, terjamin, dan dapat diverifikasi. "Tanpa ini, prosesnya akan berlanjut tanpa batas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement