Upaya sanksi finansial adalah memblokir Rusia dari sistem pembayaran keuangan SWIFT yang berbasis di Belgia. Sistem ini memindahkan uang di antara ribuan bank di seluruh dunia. Parlemen Eropa tahun ini menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan langkah itu jika Rusia memang menginvasi Ukraina.
Pakar sanksi dan politik energi yang berafiliasi dengan lembaga think tank Carnegie Moscow Center, Maria Shagina, menjatuhkan sanksi dengan memblokir suatu negara dari sistem SWIFT berhasil dilakukan oleh AS kepada Iran. AS menjatuhkan sanksi terhadap program nuklir Iran, dengan menekan SWIFT untuk memutuskan bank-bank Iran dari sistem pembayaran keuangan global.
Akibat sanksi tersebut, Iran kehilangan hampir setengah dari pendapatan ekspor minyaknya dan sepertiga dari perdagangan luar negerinya. Kondisi tersebut pun bisa sama dengan Rusia. "Dampaknya pada ekonomi Rusia akan menghancurkan,” ujar Shagina.
Rusia bergantung pada ekspor minyak dan gas alamnya untuk memasok lebih dari sepertiga pendapatan federalnya. Negara ini bergantung pada SWIFT untuk membuat petrodollar mengalir.
Rusia telah bekerja sejak 2014 untuk melindungi sistem keuangan domestiknya dari pemutusan hubungan semacam itu. Pemotongan SWIFT akan menyebabkan kerugian tidak langsung bagi ekonomi Barat juga.
Mantan duta besar AS untuk Ukraina dan diplomat karier John Herbst meyakini sementara SWIFT tidak lepas dari pembahasan. Keputusan pemutusan SWIFT ini dinilai akan menjadi pilihan terakhir.
Pemerintahan Biden awal tahun ini semakin membatasi kemampuan Rusia untuk meminjam uang dengan melarang lembaga keuangan AS membeli obligasi pemerintah Rusia langsung dari lembaga negara. Namun, sanksi tidak menargetkan pasar sekunder yang menjadikan ini sebagai kemungkinan langkah selanjutnya.
Alat dan target lain yang mungkin sanksi keuangan yang menargetkan orang-orang yang dekat dengan Putin dan keluarga mereka. Kemudian akan lebih banyak sanksi terhadap bank-bank Rusia dan sektor energi vital Rusia.