Senin 20 Dec 2021 12:46 WIB

Laporan: Perang Udara AS di Timur Tengah Cacat Intelijen

Dokumen Pentagon telah menandai perang udara AS di Timur Tengah cacat intelijen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Dalam file foto 28 Januari 2012 ini, tentara AS, bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berpatroli di barat Kabul, Afghanistan. Dokumen Pentagon telah menandai perang udara AS di Timur Tengah cacat intelijen.
Foto:

Serangan udara AS di Timur Tengah berkembang pesat pada tahun terakhir pemerintahan mantan presiden Barack Obama karena dukungan publik berkurang untuk perang darat. Ketika itu, Obama mengatakan pendekatan baru dengan menggunakan pesawat tak berawak yang dikendalikan dari jauh mewakili kampanye udara paling tepat dalam sejarah.

Hal ini diklaim mampu menghindari kematian warga sipil seminimal mungkin. Akan tetapi selama periode lima tahun, pasukan AS melakukan lebih dari 50 ribu serangan udara di Afghanistan, Irak, dan Suriah dengan ketepatan yang jauh lebih rendah daripada yang dijanjikan.

Sebelum melancarkan serangan udara, militer AS harus menavigasi protokol untuk memperkirakan dan meminimalkan kematian warga sipil.

Namun beberapa cara intelijen dapat menyesatkan, gagal, atau terkadang menyebabkan kesalahan yang membawa bencana. Misalnya, video yang diambil dari udara tidak menunjukkan orang-orang yang berada di dalam gedung, di bawah pepohonan, maupun di bawah kanopi atau penutup aluminium.

Data yang tersedia dapat disalahartikan. Misalnya ketika orang yang berlari ke lokasi pengeboman dianggap sebagai pejuang kelompok bersenjata, bukan seseorang yang berupaya menyelamatkan diri. Bahkan, serangan juga menyasar orang-orang yang mengendarai sepeda motor dan bergerak dalam formasi. Padahal mereka hanyalah pria-pria yang mengendarai sepeda motor.

Urban mengatakan para perencana perang udara melakukan yang terbaik dalam kondisi yang sangat sulit. Menurutnya, dalam beberapa situasi pertempuran penargetan menghadapi arus ancaman yang kredibel dan tidak memiliki banyak waktu. "Kabut perang dapat mengarah pada keputusan yang secara tragis mengakibatkan kerugian sipil," ujar Urban.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement