Selasa 04 Jan 2022 05:00 WIB

Potret Kemiskinan Afghanistan: Jual Anak Demi Bisa Membeli Makanan

Kemiskinan yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit memenuhi kebutuhan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Anak-anak berfoto saat bermain di kamp pengungsi di Kabul, Afghanistan, Senin, 13 September 2021. Kemiskinan yang memburuk membuat warga Afghanistan semakin sulit memenuhi kebutuhan.
Foto:

Ia menerangkan keluarga yang membeli Hoshran akan melunasi sisa pembayaran ketika dia sudah mencapai usia matang. Akan tetapi, Abdullah membutuhkan uang dengan sangat mendesak untuk membeli makanan dan perawatan istrinya. Sehingga dia mencoba mengatur perjodohan dan pernikahan untuk Nazia dengan biaya sekitar 20.000-30.000 afghani.

"Apa yang harus kita lakukan? Kami harus melakukannya, kami tidak punya pilihan lain. Ketika kami membuat keputusan tersebut, rasanya seperti seseorang telah mengambil bagian dari tubuh saya," ujar istri Abdullah, Bibi Jan.

Di provinsi tetangga Badghis, keluarga pengungsi lainnya sedang mempertimbangkan untuk menjual putra mereka, Salahuddin, yang berusia 8 tahun. Ibunda Salahuddin, Guldasta, mengatakan setelah berhari-hari tidak makan dia menyuruh suaminya untuk membawa anak laki-laki itu ke pasar dan menjualnya.

“Saya tidak ingin menjual putra saya, tetapi saya terpaksa melakukannya. Tidak ada ibu yang bisa melakukan ini pada anaknya, tetapi ketika kamu tidak punya pilihan lain, kamu harus membuat keputusan yang bertentangan dengan keinginanmu," ungkap Guldasta.

Ayah Salahuddin, Shakir, memiliki masalah ginjal. Dia mengatakan anak-anaknya telah menangis selama berhari-hari karena kelaparan. Dia memutuskan untuk membawa Salahuddin ke pasar sebanyak dua kali tapi dia mengurungkan niatnya dan tidak mampu melakukannya.  

"Namun sekarang saya pikir saya tidak punya pilihan lain selain menjualnya," ujar Shakir.

Menjual anak laki-laki sangat jarang terjadi daripada anak perempuan. Namun pernah ada kasus pembelian bayi laki-laki dibeli oleh keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki.  

Keputusasaan jutaan warga Afghanistan semakin terpampang nyata. Mahalnya harga bahan pangan dan krisis ekonomi yang semakin memburuk membuat warga miskin Afghanistan menghalalkan segara cara untuk bertahan hidup. Pemerintah Taliban belum lama ini mengumumkan larangan menikahkan perempuan secara paksa atau menggunakan perempuan dan anak perempuan sebagai alat tukar untuk menyelesaikan perselisihan.

Menurut data PBB, sekitar 3,2 juta anak Afghanistan di bawah 5 tahun diperkirakan akan menderita kekurangan gizi akut. Direktur Nasional World Vision di Afghanistan, Asuntha Charles, menjelaskan malnutrisi dan kemiskinan membayangi kelompok yang paling rentan. Kelompok bantuan kemanusiaan mengatakan lebih dari setengah populasi Afghanistan menghadapi kekurangan pangan akut.

“Hari demi hari, situasi di negara ini semakin memburuk, dan anak-anak menderita. Hari ini saya sangat sedih melihat keluarga bersedia menjual anak-anak mereka untuk memberi makan anggota keluarga lainnya," kata Charles.  

Charles menjalankan klinik kesehatan untuk orang-orang terlantar di luar kota Herat. Menurut dia, dana bantuan kemanusiaan sangat dibutuhkan.

sumber : Associated Press
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement