Ia juga menggunakan kunjungan itu untuk secara terbuka mencela campur tangan Rusia selama pemilihan. Dua tahun kemudian, keduanya bertemu di kediaman musim panas presiden Prancis.
Negara-negara Eropa Timur yang menderita puluhan tahun di bawah kekuasaan Soviet telah mengkritik pendekatan Macron ke Rusia. Banyak yang mencurigai pembicaraannya tentang negosiasi tatanan keamanan Eropa baru.
Untuk melawan kritik menjelang perjalanan dan mengambil jubah kepemimpinan Eropa dalam krisis ini, Macron telah bersusah payah untuk berkonsultasi dengan para pemimpin Barat lainnya, termasuk ke Perdana Menteri Inggrus Boris Johnson dan Joe Biden. Namun, tidak seperti dalam krisis Ukraina sebelumnya pada 2015 ketika kanselir Jerman Angela Merkel dan mantan Presiden Prancis Francois Hollande melakukan perjalanan ke Kremlin bersama, Macron tidak membawa rekannya dari Jerman bersamanya.
Kanselir Olaf Scholz juga dijadwalkan akan melakukan perjalanan ke Kyiv dan kemudian ke Moskow pekan depan. Menteri luar negerinya, Annalena Baerbock, berada di Kyiv pada Senin untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan akan mengunjungi daerah konflik di Ukraina timur pada Selasa.
Kunjungan Macron ke Moskow dan Ukraina terjadi kurang dari tiga bulan sebelum pemilihan presiden di dalam negeri. Penasihat politiknya melihat potensi hasil pemilu, meskipun Macron belum mengumumkan apakah dia akan mencalonkan diri. "Bagi presiden, ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinannya di Eropa. Bahwa dia berada di atas keributan," kata salah satu sumber pemerintah Prancis.