Kamis 10 Feb 2022 03:28 WIB

Perbankan Eropa Khawatir Sistem Pembayaran Jadi Korban Krisis Rusia-Ukraina

BanknItalia, Prancis, dan Austria ialah pemberi pinjaman paling terbuka bagi Rusia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Seorang warga melintas di jembatan dengan latar belakang Bank Sentral Eropa, Kamis (16/1). Apa yang kini paling ditakuti oleh bank-bank di Eropa di tengah krisis adalah bahwa Rusia dilarang menggunakan sistem pembayaran yang banyak digunakan.
Foto:

4) Apa yang menjadi perhatian terbesar bagi para pemimpin Eropa?

Kekhawatiran utama adalah bahwa Rusia terputus dari sistem pembayaran global SWIFT, yang menangani transfer keuangan internasional dan digunakan oleh lebih dari 11.000 lembaga keuangan di lebih dari 200 negara. Ada prioritas untuk langkah seperti itu: Iran dilarang satu dekade lalu.

Pakar keuangan di Universitas Goethe Franfurt dan penasihat kementerian keuangan Jerman, Jan Pieter Krahnen mengatakan, konsekuensi jangka pendek dari larangan itu tidak jelas, dan mungkin menjadi bumerang. Dalam jangka panjang, hal itu dapat mengarah pada pembentukan sistem paralel yang akan menjadi kerugian bagi sistem global, dan juga memfasilitasi konflik lebih jauh di masa mendatang.

5) Apa lagi yang mungkin bakal terjadi?

Menurut mitra firma hukum DWF, Jonathan Moss, lembaga keuangan yang terlibat dalam swap, futures, forward, dan derivatif lainnya yang diperdagangkan dengan rekanan Rusia juga dapat dikenai aturan sanksi. "Larangan perdagangan obligasi Rusia di pasar sekunder akan berarti bahwa pemegang obligasi Rusia mungkin terpaksa menjual," kata Moss.

6) Tindakan apa yang sudah dilakukan bank Eropa?

Pekan lalu, RBI mengatakan telah mengalokasikan 115 juta euro dalam ketentuan untuk kemungkinan sanksi terhadap Rusia, dan menggarisbawahi risiko bagi pemberi pinjaman Eropa karena ketegangan semakin meninggi.

Pada akhir Januari, UniCredit membatalkan tawaran potensial untuk Otkritie Bank milik negara Rusia karena krisis Ukraina. ING dari Belanda mengungkapkan pekan lalu bahwa mereka memiliki 4,7 miliar euro dalam ekposur di Rusia, tetapi hanya sekitar 25 persen dari yang ada. CEOnya mengatakan bank berencana untuk tetap berada di Rusia dan akan bertindak sesuai jika ada sanksi baru yang muncul.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement