Rabu 16 Feb 2022 11:17 WIB

Serangan Siber Rusia Dimulai

Tak ada pembahasan apa yang perlu dilakukan pada peristiwa serangan siber Rusia

Rep: Lintar Satria / Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Serangan siber (ilustrasi).
Foto:

Penyedia layanan perlindungan denial-of-service asal San Francisco, Amerika Serikat (AS), Cloudflare mengatakan tidak melihat data "aktivitas DDoS besar" di Ukraina terhadap pusat data atau konsumen mereka di sana.

"Dari perspektif kami hari ini kami tidak terlihat serangan trafik pada kami atau konsumen kami di Ukraina," kata perusahaan itu.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Eropa mengatakan siap merespons serangan siber Rusia yang digelar di tengah ketegangan dengan Ukraina. Cakupan pembalasan atau sanksi tergantung tingkat kerusakan peretasan.

Presiden AS Joe Biden mengatakan, Washington telah berkoordinasi dengan sekutu-sekutu Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan mitra lainnya untuk memperluas pertahanan terhadap ancaman pada ruang siber. Hal ini disampaikan beberapa jam seusai Kementerian Pertahanan dan dua bank Ukraina melaporkan serangan siber ke jaringan daring mereka.

Pejabat AS dan Eropa yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan serangan siber yang diduga dilakukan Rusia itu tidak terduga. Sementara Badan Keamanan Federal Rusia belum menanggapi permintaan komentar.

"Presiden telah mengatakan kami akan merespons tindakan Rusia selain invasi militer," kata seorang sumber dari pemerintah AS, Rabu (16/2/2022).

"Namun, keputusannya bergantung pada besaran serangan sibernya, terlalu banyak rentangnya, sulit untuk menspesifikannya," ujar sumber tersebut.

Seorang diplomat Eropa mengatakan, Rusia sudah lama menggunakan strategi serangan siber. Ia mengatakan Moskow juga pernah melakukannya saat konfrontasi militer dengan Ukraina dan Georgia.

"Ini bagian dari pedoman mereka," kata pejabat yang menekankan Barat akan menggunakan aksi bersama dalam meminta pertanggungjawaban Moskow atas serangan siber dan "perilaku buruk" lainnya.

Sumber mengatakan hingga saat ini belum ada rencana detail bagaimana merespons serangan siber. Sebagian besar mungkin karena butuh waktu untuk mengetahui pihak yang bertanggung jawab atas serangan siber, terutama dalam serangan DDoS.

Seorang pakar siber yang mengetahui rencana Barat mengatakan respons serangan siber dapat melibatkan serangan balasan dibanding menerapkan sanksi. Termasuk serangan fisik atau siber.

Seorang pejabat Eropa mengatakan, negosiasi Pemerintah AS dan Eropa beberapa pekan terakhir lebih fokus menyesuaikan sanksi yang diterapkan bila terjadi invasi fisik dan dampaknya pada Rusia dan negara-negara yang menerapkannya. Tapi, tidak membahas mengenai serangan siber.

"Tidak ada peta jalan terperinci apa yang perlu dilakukan pada peristiwa serangan siber, akan bergantung pada spesifikasi kasusnya," kata seorang diplomat Eropa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement