Jumat 04 Mar 2022 04:35 WIB

Pengungsi Arab: Warga Ukraina Diterima di Eropa, Kami Masih di Tenda

Pengungsi Arab mempertanyakan standar ganda Eropa terhadap warga Ukraina.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita menggantung cucian di kamp pengungsi yang terendam banjir di provinsi Idlib, Suriah, Selasa, 21 Desember 2021.
Foto:

"Saya harus menolak membuat perbandingan antara mereka yang melarikan diri dari perang dan mereka yang mencoba masuk ke negara itu secara ilegal," kata Szijjarto dalam pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jenewa.

Pernyataan ini diperkuat dengan fakta bahwa Ukraina adalah rumah bagi komunitas etnis Hongaria yang besar. Ikatan seperti itu telah membuat beberapa pewarta Barat berpendapat bahwa bencana kemanusiaan di Ukraina berbeda dengan krisis di Suriah, Irak, atau Afghanistan. Mereka menilai orang Eropa dapat berhubungan lebih dekat dengan para korban di Ukraina.

Komentar mereka memicu gelombang kecaman di media sosial, menuduh Barat bias. Klip-klip laporan itu beredar luas dan dikritik habis-habisan di seluruh wilayah. Misalnya, seorang reporter televisi di jaringan AS CBS menggambarkan Kiev sebagai kota yang relatif beradab dan sama dengan Eropa, berbeda dengan zona perang lainnya. Yang lain mengatakan Ukraina berbeda karena mereka yang melarikan diri adalah kelas menengah atau menonton Netflix.

Reporter CBS Charlie D'Agata pun akhirnya meminta maaf. Dia mengatakan telah berusaha menyampaikan skala konflik.

Nadim Houry, direktur eksekutif Inisiatif Reformasi Arab, mengatakan bagian dari liputan media mengganggu. Tindakna itu justru mengungkapkan ketidaktahuan tentang pengungsi dari bagian lain dunia yang juga memiliki aspirasi yang sama dengan Ukraina.

photo
Pemandangan kamp pengungsian banjir provinsi Idlib, Suriah, terlihat Selasa, 21 Desember 2021. - (AP/Ghaith Alsayed)

Houry dan kritikus lainnya juga mengatakan beberapa pemerintah menunjukkan standar ganda pada masalah relawan yang ingin berperang di Ukraina melawan pasukan Rusia. Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss pada akhir pekan mendukung seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy agar orang-orang bergabung dengan pasukan internasional untuk memerangi pasukan Rusia.

"Tentu saja. Jika orang ingin mendukung perjuangan itu, saya akan mendukung mereka melakukan itu," katanya kepada BBC.

Kondisi sebaliknya, polisi Inggris memperingatkan warga Inggris yang bepergian ke Suriah untuk membantu pemberontak yang memerangi Presiden Bashar al-Assad delapan tahun lalu. Mereka dapat ditangkap sekembalinya dari Suriah dengan mengatakan mereka dapat menimbulkan risiko keamanan bagi Inggris.

Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan situasinya berbeda dengan para pejuang yang bergabung dengan kelompok-kelompok seperti ISIS di Suriah. Dia pun menyatakan pemerintah akan mencegah orang-orang pergi ke Ukraina.

Dengan tindakan diskriminasi negara-negara Eropa dalam menerima pengungsi, beberapa pengungsi di Suriah utara, Lebanon dan di Yordania mengatakan tanggung jawab atas penderitaan  terletak pada pihak berwenang yang lebih dekat ke rumah. Mereka menyatakan negara-negara Arab seharusnya berbuat lebih banyak untuk para pengungsi. 

Terlepas dari tetangga Suriah, Yordania dan Lebanon, negara-negara Arab hanya menerima sedikit dari orang-orang terlantar akibat perang. "Kami tidak menyalahkan negara-negara Eropa, kami menyalahkan negara-negara Arab," kata Ali Khlai, yang tinggal di sebuah tenda di dekat kota Azaz, Suriah barat laut.

"Negara-negara Eropa menyambut mereka dari rakyatnya. Kami menyalahkan saudara-saudara Arab kami, bukan yang lain," ujarnya.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement