Rabu 09 Mar 2022 00:35 WIB

WHO: Fasilitas Medis di Ukraina Jadi Sasaran Serangan

Sedikitnya sembilan orang tewas dalam 16 serangan fasilitas kesehatan sejak invasi.

Petugas pemadam kebakaran bekerja untuk memadamkan api di pusat kota yang rusak setelah serangan udara Rusia di Chernigiv, Ukraina, Kamis, 3 Maret 2022. Pasukan Rusia telah meningkatkan serangan mereka di kota-kota padat yang disebut pemimpin Ukraina sebagai kampanye teror terang-terangan.
Foto: AP/Dmytro Kumaka
Petugas pemadam kebakaran bekerja untuk memadamkan api di pusat kota yang rusak setelah serangan udara Rusia di Chernigiv, Ukraina, Kamis, 3 Maret 2022. Pasukan Rusia telah meningkatkan serangan mereka di kota-kota padat yang disebut pemimpin Ukraina sebagai kampanye teror terang-terangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mengungkapkan bahwa serangan terhadap rumah sakit, ambulans dan fasilitas kesehatan lainnya di Ukraina semakin gencar dalam beberapa hari terakhir. WHO juga memperingatkan bahwa Ukraina kini mengalami krisis pasokan medis vital.

Pada Senin (8/3/2022), WHO memastikan sedikitnya sembilan orang tewas dalam 16 serangan fasilitas kesehatan sejak invasi Rusia 24 Februari. Tidak disebutkan siapa yang bertanggung jawab.

Baca Juga

Pejabat kedaruratan senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, saat konferensi pers mengatakan jumlah itu mencakup insiden ketika ambulans disita untuk tujuan lain selain layanan kesehatan darurat.

"WHO sedang mengupayakan pasokan medis ke Ukraina segera. Oksigen, insulin, alat pelindung diri (APD), pasokan bedah dan produk darah hampir kehabisan," kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge saat jumpa pers.

Pasokan oksigen, vaksin anak dan fasilitas kesehatan mental turut menjadi prioritas utama WHO untuk kawasan tersebut. Kluge juga menekankan perlunya mendahulukan kebutuhan kesehatan kaum perempuan seperti kesehatan ibu dan perawatan kebidanan darurat dan perlunya merespons kekerasan berbasis seksual dan gender.

"Konflik di masa lalu telah menunjukkan kepada kami bahwa remaja putri, penyandang disabilitas dan lansia perempuan berada dalam situasi yang paling rentan."

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement