Jumat 03 Jun 2022 14:40 WIB

Gencatan Senjata Yaman Diperpanjang Dua Bulan

Gencatan senjata termasuk membuka kembali jalan di sekitar kota Taiz yang terkepung.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Petugas forensik memeriksa puing-puing pesawat tak berawak yang diklaim telah ditembak jatuh oleh pemberontak Houthi, di Sanaa, Yaman, Senin, 23 Mei 2022.
Foto:

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, bahwa dukungan regional dan internasional akan tetap penting untuk kelanjutan dan keberhasilan implementasi gencatan senjata. Kepala dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC) Nayef al-Hajraf juga menyambut baik perpanjangan gencatan senjata. Dia mengungkapkan harapannya akan kondusif bagi perdamaian yang komprehensif.

Kelompok yang berbasis di Arab Saudi ini mewakili Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan UEA ini membuat kebijakan ekonomi untuk blok tersebut. Aturan tersebut berfungsi sebagai penyeimbang Arab yang dipimpin Sunni terhadap kekuatan Syiah Iran.

Pertempuran di Yaman meletus pada tahun 2014, ketika Houthi turun dari wilayah kantung di utara dan mengambil alih ibu kota Sanaa, memaksa pemerintah yang diakui secara internasional untuk melarikan diri ke pengasingan di Arab Saudi. Koalisi yang dipimpin Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah ke tampuk kekuasaan.

Konflik yang akhirnya berubah menjadi perang proksi antara Arab Saudi dan Iran ini telah menewaskan lebih dari 150.000 orang, termasuk lebih dari 14.500 warga sipil. Konflik ini menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, mendorong jutaan orang Yaman ke ambang kelaparan.

Juru bicara PBB Stephane Dujarric sebelumnya mengatakan, kebutuhan kemanusiaan Yaman tetap tinggi meskipun ada perbaikan sejak gencatan senjata. Sekitar 19 juta orang diperkirakan menghadapi kelaparan tahun ini, termasuk lebih dari 160.000 yang akan menghadapi kondisi seperti kelaparan.

"Lembaga bantuan membutuhkan 4,28 miliar dolar AS untuk membantu 17,3 juta orang di seluruh negeri tahun ini,” katanya.

 

Tapi, menurut Dujarric, hanya 26 persen dari jumlah itu yang telah didanai. Dia mendesak para donor untuk menjanjikan uang dan mengubah janji menjadi uang tunai.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement