Sabtu 25 Jun 2022 03:35 WIB

WHO Pertimbangkan Cacar Monyet Sebagai Darurat Global

WHO dinilai terapkan standar ganda dalam menanggapi wabah cacar monyet di negara kaya

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung berjalan di lorong Pasar Shilihe yang dikenal sebagai pasar binatang piaraan dan barang-barang antik terbesar di Beijing, China, Sabtu (18/6/2022). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggelar komite darurat untuk mempertimbangkan wabah cacar monyet yang terus menyebar sebagai darurat global.
Foto:

Bulan lalu penasihat WHO mengatakan lonjakan kasus di Eropa yang terjadi dalam dua gelombang di Spanyol dan Belgia tampaknya berhubungan dengan aktivitas seksual komunitas homoseksual dan lesbian. Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi 3.300 kasus cacar monyet di 42 negara yang sebelumnya tidak pernah mengumumkan penyakit itu.

Lebih dari 80 persen kasus dilaporkan di Eropa. Sementara itu pada tahun ini Afrika telah mencatat lebih dari 1.400 kasus, termasuk 62 kasus kematian.

Peneliti senior bidang kesehatan dunia di Council Foreign Relations David Findler mengatakan perhatian baru WHO pada cacar monyet di tengah penyebaran di Afrika dapat memperburuk kesenjangan antara negara kaya dan miskin selama pandemi Covid-19.

"Mungkin terdapat alasan yang sah mengapa WHO menyalakan tanda peringatan cacar monyet ketika menyebar ke negara kaya tapi tidak saat menyebar ke negara-negara miskin, tampaknya seperti standar ganda," kata Fidler.

photo
Foto dari mikroskop elektron yang dipasok Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada 2003 memperlihatkan virus monkeypox penyebab cacar monyet. Belgia menerapkan aturan karantina 21 hari untuk penderita cacar monyet. - (Cynthia S. Goldsmith, Russell Regner/CDC via )

Ia mengatakan masyarakat internasional masih kesulitan untuk memastikan pada negara miskin untuk melakukan vaksinasi pada virus corona. Selain itu belum diketahui apakah masyarakat Afrika ingin vaksin cacar monyet mengingat harus bersaing dengan malaria dan HIV.

"Kecuali negara-negara Afrika dengan spesifik meminta vaksin, mungkin sedikit merendahkan dengan mengirimkannya, karena kepentingan Barat untuk menghentikan cacar monyet diekspor," kata Fidler.

WHO juga mengusulkan untuk membentuk mekanisme berbagi vaksin untuk membantu negara-negara yang terdampak. Tapi artinya vaksin akan dikirim ke negara-negara kaya seperti Inggris yang mengalami wabah cacar monyet terbanyak selain Afrika.

Sampai saat ini mayoritas kasus cacar monyet di Eropa terjadi pada pria homoseksual atau biseksual atau pria yang berhubungan seks dengan pria. Tapi ilmuwan mengatakan siapa pun yang melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi atau pakaian atau sprei mereka juga berisiko terinfeksi apapun orientasi seksualnya.

sumber : Reuters/AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement