Laporan PBB lainnya mengatakan kelaparan dunia meningkat tahun lalu dengan 2,3 miliar orang menghadapi kesulitan sedang atau berat untuk mendapatkan cukup makanan, dan itu terjadi sebelum perang di Ukraina. Steiner mengatakan kekayaan di dunia cukup untuk mengelola krisis, tetapi kemampuan untuk bertindak serempak dan cepat adalah kendalanya.
UNDP merekomendasikan bahwa daripada menghabiskan miliaran untuk subsidi energi, pemerintah malah menargetkan pengeluaran untuk menjangkau orang-orang yang paling terkena dampak melalui transfer tunai yang ditargetkan yang dapat mencegah 52,6 juta orang lagi jatuh ke dalam kemiskinan dengan 5,50 dolar AS (sekitar Rp 82 ribu) per hari. Untuk negara-negara berkembang yang kekurangan uang dan sarat utang untuk mencapai hal ini, UNDP menyerukan perpanjangan pembayaran utang yang telah dilakukan selama pandemi di antara negara-negara terkaya di dunia.
Steiner mengatakan melakukan kebijakan itu bukan hanya tindakan amal, tetapi juga langkah kepentingan pribadi yang rasional untuk menghindari tren kompleks lainnya, seperti keruntuhan ekonomi di negara-negara dan protes populer yang sudah terjadi di komunitas di seluruh dunia. Perang di Ukraina telah mengguncang wilayah yang dikenal sebagai keranjang roti dunia. Sebelum perang, Rusia merupakan pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua. Gabungan Rusia dan Ukraina menyumbang hampir seperempat dari ekspor gandum global dan lebih dari setengah ekspor minyak bunga matahari.