Ahad 28 Aug 2022 20:47 WIB

Libya Masih Memanas Usai Bentrokan Antar Milisi

Libya telah jatuh ke dalam kekacauan selama bertahun-tahun.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Agung Sasongko
Salah pengeboman di pembatasan Libya pada 2016-2018.
Foto:

Para sanksi menceritakan adegan mengerikan dari banyak orang, termasuk perempuan dan anak-anak, terjebak di rumah, gedung-gedung pemerintah, dan rumah sakit. Mereka juga berbicara tentang setidaknya tiga mayat tak bergerak tertahan di jalan selama berjam-jam  sebelum ambulans dapat mencapai daerah itu. Mereka meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan dari milisi.

"Kami melihat kematian di depan mata kami dan di mata anak-anak kami,” kata seorang perempuan yang terjebak bersama banyak keluarga di sebuah apartemen tempat tinggal. “Dunia harus melindungi anak-anak tak berdosa seperti yang mereka lakukan pada masa Khadafi.”

Milisi yang bersekutu dengan Dbeibah yang berbasis di Tripoli terlihat berkeliaran di jalan-jalan di ibu kota Ahad pagi. Sedangkan menurut media lokal, kelompok saingan melakukan penjagaan di pinggiran kota.

Sebagian besar area kota mengalami pemadaman listrik setiap malam. Beberapa bisnis tutup pada Ahad dan National Oil Corp yang dikelola negara memerintahkan karyawannya untuk bekerja dari jarak jauh pada hari itu.

Warga masih lelah dengan potensi kekerasan dan sebagian besar tinggal di rumah. Banyak yang bergegas ke supermarket untuk membeli makanan dan kebutuhan lainnya ketika bentrokan mereda pada Sabtu malam.

“Itu bisa dipicu dalam sekejap. Mereka (milisi) tidak terkendali,” kata seorang guru sekolah Tripoli yang hanya menyebut sebagian Abu Salim. “Tuntutan kami sangat sederhana: kehidupan normal.”

Pemerintah Dbeibah mengklaim pertempuran dimulai ketika seorang anggota milisi saingan menembaki patroli milisi lain di Jalan Zawiya Tripoli. Tembakan itu diklaim terjadi di tengah mobilisasi kelompok sekutu Bashagha di sekitar ibu kota. Klaim tidak dapat diverifikasi secara independen.

 Bentrokan milisi cukup sering terjadi di Tripoli. Bulan lalu, sedikitnya 13 orang meninggal dalam pertempuran milisi. Pada Mei, Bashagha berusaha untuk menempatkan pemerintahannya di Tripoli, memicu bentrokan yang berakhir dengan penarikan pasukannya dari kota. Dwina Agustin/ap

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement