Kamis 22 Dec 2022 11:04 WIB

Moncong Senjata Hadang Perempuan Taliban Masuk Kuliah, Meski Dunia Mengecam 

Taliban larang perempuan Afghanistan untuk mengikuti bangku kuliah

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Mahasiswa perempuan Afghanistan berdiri di luar Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan, Rabu, 21 Desember 2022. Pasukan keamanan Taliban di ibu kota Afghanistan menegakkan larangan pendidikan tinggi bagi perempuan dengan memblokir akses ke kampus-kampus universitas. Penguasa Taliban di negara itu telah memerintahkan perempuan di seluruh negeri untuk berhenti kuliah di universitas swasta dan negeri secara efektif segera dan sampai pemberitahuan lebih lanjut. Pemerintahan yang dipimpin Taliban belum memberikan alasan atas larangan tersebut atau bereaksi terhadap kecaman global yang keras dan cepat terhadapnya.
Foto:

Bahkan pemerintah negara tetangga Pakistan, yang memiliki hubungan dekat dengan Taliban, mengatakan kecewa mengetahui tentang penangguhan universitas dan pendidikan tinggi bagi mahasiswi di Afghanistan.

“Kami sangat mendesak pihak berwenang Afghanistan untuk meninjau kembali keputusan ini,” kata Kementerian Luar Negerinya dalam sebuah pernyataan.

Taliban melarang sebagian besar anak perempuan pergi ke sekolah ketika mereka merebut kekuasaan pada 2021 ketika pasukan Amerika Serkat mundur. 

Akhir tahun lalu, mereka memberhentikan ribuan perempuan Afghanistan dari pekerjaan pemerintah dan mencegah mereka bepergian sendirian kecuali ditemani kerabat laki-laki. Wanita juga kembali diharuskan mengenakan burqa dari ujung kepala hingga ujung kaki di depan umum. 

Langkah Taliban untuk membatasi perempuan dari bekerja dapat merugikan ekonomi Afghanistan hingga 1 miliar dolar per tahun, atau 5 persen dari produk domestik bruto, menurut Program Pembangunan PBB. 

Selain itu, merampas 3 juta gadis remaja dari pendidikan menengah akan menelan biaya setidaknya 500 juta dolar per tahun di Afghanistan, menurut UNICEF.

Perempuan juga dilarang melakukan praktik hukum atau melayani sebagai hakim, jaksa, atau pengacara pembela. Dari hampir 300 hakim perempuan di Afghanistan sebelum pengambilalihan, 244 telah dievakuasi dari negara tersebut.

Sudah hancur oleh puluhan tahun perang dan kekacauan politik, prospek Afghanistan hanya menurun sejak pengambilalihan Taliban.

Sebuah laporan Bank Dunia yang dikeluarkan bulan lalu menggambarkan “gambaran suram kondisi kehidupan di Afghanistan” karena kekurangan yang meluas berlanjut dan kerawanan pangan tetap tinggi, berdampak negatif terhadap ekonomi dan kesejahteraan rakyat Afghanistan, terutama perempuan dan anak perempuan.

Dua pertiga penduduk negara itu berjuang untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok dan non-pangan, menurut laporan itu, situasi yang diperburuk oleh kekeringan dan kenaikan harga pangan global di tengah perang Rusia di Ukraina.

Selain itu, 65 persen dari mereka yang disurvei mengatakan kondisi ekonomi mereka akan memburuk di tahun mendatang.

 

 

 

Sumber: alarabiya    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement