Sebelum pertemuan dewan, duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, mengklaim bahwa kunjungan itu bukan serangan ke Al Aqsa. Menurutnya, siapa pun yang menuduhkan hal tersebut justru memanaskan situasi.
Pertemuan darurat diminta setelah Ben-Gvir, seorang pemimpin sayap kanan yang sebelumnya menyerukan perubahan status quo di Yerusalem, mengunjungi Al Aqsa, sebuah situs yang juga dihormati oleh orang Yahudi.
“Temple Mount terbuka untuk semua orang,” kata Ben-Gvir di Twitter, menggunakan nama Yahudi untuk situs tersebut.
Rekaman video menunjukkan dia berjalan-jalan di sepanjang pinggiran kompleks, dikelilingi oleh petugas keamanan yang ketat. Termasuk pengawalan dari udara.
Kunjungan Ben-Gvir memicu gelombang kecaman internasional, termasuk dari sekutu dekat Israel, AS. Meski kunjungan ke tempat suci itu berlalu tanpa insiden, hal itu berisiko meningkatkan gesekan dengan warga Palestina setelah gelombang kekerasan di Tepi Barat pada 2022 lalu.
Al Aqsa terletak di Yerusalem Timur dan merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Di bawah status quo lama, non-Muslim dapat mengunjungi situs tersebut pada waktu tertentu, tetapi tidak diizinkan untuk berdoa di sana.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak orang Yahudi, kebanyakan dari mereka adalah nasionalis Israel, yang diam-diam berdoa di kompleks tersebut, sebuah perkembangan yang dikecam oleh warga Palestina.