Sambil menunggu kedatangan dokter forensik dan jaksa penuntut, penduduk di beberapa kota di Turki telah menumpuk jenazah di stadion atau di tempat parkir. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada kerabat mengidentifikasi orang yang mereka cintai sebelum akta kematian dikeluarkan.
Di distrik Afrin di timur laut Suriah, sebuah pemakaman telah diperluas dengan situs pemakaman massal darurat. Di Kota Osmaniye, Turki selatan, sebuah kuburan kehabisan ruang. Sementara di luar Kahramanmaras, dekat episentrum gempa, sebuah kuburan darurat dipenuhi dengan begitu banyak jenazah, sehingga papan kayu dan balok beton yang dikumpulkan dari puing-puing harus berfungsi sebagai batu nisan.
Di seberang Suriah utara, para pengungsi yang tinggal di tenda penampungan di tengah salju mulai membakar apapun agar tubuh mereka tetap hangat. Sementara bantuan makanan dan kebutuhan pokok lainnya masih langka.
“Dunia telah melupakan kami. Kami punya cukup makanan untuk bertahan sebentar. Tapi kami hanya memiliki sedikit kayu yang kami bakar hanya beberapa jam sehari untuk bertahan agar tetap hangat. Entah bagaimana kita dibiarkan menghadapi situasi ini sendirian," kata seorang korban selamat Mohammed Abu Hamza yang pengungsi bersama keluarganya.