REPUBLIKA.CO.ID, ANTAKYA -- Tim penyelamat di Turki berhasil menyelamatkan satu keluarga beranggotakan lima orang pada Sabtu (11/2/2023) Usai lima hari sejak gempa terjadi, korban-korban selamat terus bermunculan dari reruntuhan.
Menurut laporan HaberTurk, pertama-tama tim penyelamat berhasil mengevakuasi seorang ibu bernama Havva dan putrinya Fatmagul Aslan dari antara gundukan puing di kota Nurdagi di provinsi Gaziantep. Kemudian tim tersebut mencoba menolong sang ayah Hasan Aslan tetapi dia bersikeras agar putrinya yang lain Zeynep dan putranya Saltik Bugra diselamatkan terlebih dahulu.
Usai seluruh anak berhasil dievakuasi dengan selamat, ayah dari keluarga itu dibawa keluar. Para penyelamat pun bersorak dan meneriakkan "Tuhan Maha Besar!"
Dua jam kemudian, seorang gadis berusia tiga tahun dan ayahnya pun berhasil ditarik dari puing-puing di kota Islahiye, provinsi Gaziantep. Satu jam setelah itu seorang gadis berusia tujuh tahun diselamatkan di provinsi Hatay 132 jam setelah gempa. Penyelamatan tersebut menambah jumlah orang yang diselamatkan menjadi 12 orang pada satu hari itu, meskipun harapan korban selamat semakin berkurang di tengah suhu yang sangat dingin.
"Hari apa itu?" Kamil Can Agas yang berusia 16 tahun bertanya kepada penyelamatnya setelah ditarik keluar dari puing-puing di Kahramanmaras.
Anggota tim pencari campuran Turki dan Kyrgyz saling berpelukan, begitu pula sepupu remaja. Salah satu dari mereka berteriak: “Dia keluar, saudara. Dia keluar. Dia ada di sini.”
Penyelamatan membawa kegembiraan di tengah kehancuran yang luar biasa setelah gempa berkekuatan 7,8 pada 6 Februari meruntuhkan ribuan bangunan, menewaskan lebih dari 24.500 orang, melukai 80 ribu jiwa lainnya dan menyebabkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal. Gempa lain yang kekuatannya hampir sama dan kemungkinan dipicu oleh yang pertama menyebabkan lebih banyak kerusakan beberapa jam kemudian.
Tapi, tidak semuanya berakhir dengan baik. Tim penyelamat menolong seorang gadis berusia 13 tahun di dalam puing-puing bangunan yang runtuh di provinsi Hatay pada Sabtu pagi dan mengintubasinya. Namun, menurut laporan Hurriyet, dia tidak bisa selamat sebelum tim medis dapat mengamputasi anggota tubuhnya dan membebaskannya dari puing-puing.
Meskipun para ahli mengatakan orang yang terperangkap dapat hidup selama seminggu atau lebih, peluang untuk menemukan lebih banyak orang yang selamat semakin berkurang. Tim penyelamat beralih ke kamera termal untuk membantu mengidentifikasi kehidupan di antara puing-puing, tanda berkurangnya korban selamat yang tersisa.
Saat bantuan terus berdatangan, kelompok beranggotakan 99 orang dari tim bantuan medis Angkatan Darat India mulai merawat yang terluka. Mereka membantu di rumah sakit lapangan sementara di kota selatan Iskenderun, tempat rumah sakit utama yang kini telah hancur.
Seorang laki-laki bernama Sukru Canbulat dibawa ke rumah sakit dengan kursi roda, kaki kirinya terluka parah dengan memar yang dalam, luka memar dan robekan. Meringis kesakitan, dia mengatakan, telah diselamatkan dari gedung apartemennya yang runtuh di kota terdekat Antakya dalam beberapa jam setelah gempa pada awal pekan ini.
Tapi, setelah menerima pertolongan pertama, Canbulat dibebaskan tanpa mendapatkan perawatan yang layak atas luka-lukanya. ″Saya menguburkan (semua orang yang hilang), lalu saya datang ke sini,” kata Canbulat menghitung kerabatnya yang telah meninggal.
"Anak perempuan saya meninggal, saudara laki-laki saya meninggal, bibi saya dan anak perempuannya meninggal, dan istri dari anak laki-lakinya yang hamil delapan setengah bulan," ujarnya.
Sebuah kuburan darurat besar sedang dibangun di pinggiran Antakya pada Sabtu. Backhoe dan buldoser menggali lubang di lapangan di tepi timur laut kota saat truk dan ambulans dengan kantong mayat hitam tiba terus menerus. Tentara mengarahkan lalu lintas di jalan berdekatan yang sibuk memperingatkan pengendara untuk tidak mengambil foto.
Ratusan makam, berjarak tidak lebih dari satu meter, ditandai dengan papan kayu sederhana yang dipasang vertikal di tanah. Seorang pekerja Kementerian Agama Turki yang tidak ingin disebutkan namanya karena perintah untuk tidak berbagi informasi dengan media mengatakan, sekitar 800 jenazah dibawa ke pemakaman pada Jumat (10/2/2023), hari pertama operasinya. Hingga Sabtu siang, sebanyak 2.000 orang telah terkubur.
“Orang-orang yang keluar dari reruntuhan sekarang, merupakan keajaiban jika mereka selamat. Sebagian besar orang yang keluar sekarang sudah mati, dan mereka datang ke sini,” katanya.