Senin 20 Feb 2023 10:59 WIB

Respons Latihan Militer AS-Korsel, Korut Luncurkan Dua Rudal Balistik

Peluncuran rudal itu dilakukan sehari setelah Korsel dan AS menggelar latihan udara

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
 Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Timur, Senin (20/2/2023).
Foto: EPA-EFE/KCNA
Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Timur, Senin (20/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL – Korea Utara (Korut) menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Timur, Senin (20/2/2023). Peluncuran rudal itu dilakukan sehari setelah Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) menggelar latihan udara bersama dengan melibatkan pesawat pembom B-1B.

Menurut militer Korsel, dua rudal balistik jarak pendek Korut diluncurkan dari daerah Sukchon di Provinsi Pyongan Selatan pada pukul 07:00 dan 07:11 waktu setempat. Dua rudal tersebut menjelajah jarak masing-masing 390 kilometer dan 340 kilometer.

Baca Juga

Beberapa jam setelah peluncuran dua rudal balistik jarak pendek tersebut, kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA), melaporkan bahwa unit artileri Tentara Rakyat Korea telah melepaskan dua tembakan dari peluncur roket ganda 600 milimeter selama proses latihan menembak. Menurut KCNA, masing-masing roket terbang sejauh 395 kilometer dan 337 kilometer.

Militer Korsel mengecam keras peluncuran rudal terbaru Korut. Mereka menganggapnya sebagai tindakan “provokasi signifikan” yang merusak stabilitas, tidak hanya di Semenanjung Korea, tapi juga di komunitas internasional.

“Militer kami akan memastikan postur tanggapan yang tegas berdasarkan kerja sama keamanan antara Korsel, AS, dan Jepang, serta mempertahankan sikap kesiapan yang tegas berdasarkan kemampuan untuk menanggapi secara luar biasa setiap provokasi Korut,” kata Kepala Staf Gabungan Korsel, dikutip laman kantor berita Korsel, Yonhap News Agency.

Pada Ahad (19/2/2023) lalu, Korsel dan AS menggelar latihan udara bersama. Dalam latihan tersebut, AS mengerahkan pesawat pembom B-1B. Sementara Korsel menerjunkan jet siluman F-35A. Latihan tersebut digelar sehari setelah Korut meluncurkan rudal balistik antar-benua Hwangsong-15. Rudal tersebut ditembakkan ke arah Laut Timur.

Pada Kamis (16/2/2023) pekan lalu, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Korsel menerbitkan Buku Putih Pertahanan 2022. Dalam buku tersebut, mereka, untuk pertama kalinya dalam enam tahun, kembali melabeli Korut sebagai “musuh”.

Di buku tersebut, Kemenhan Korsel mengungkapkan, dalam rapat pleno Partai Buruh Korut pada Desember tahun lalu, negara yang dipimpin Kim Jong-un itu telah melabeli Korsel sebagai “musuh yang tak diragukan lagi”. Korut, yang enggan meninggalkan program nuklirnya, juga disebut terus menghadirkan ancaman militer terhadap Korsel. “Jadi pemerintah dan militer Korut adalah musuh kami,” demikian bunyi salah satu kutipan dalam Buku Putih Pertahanan 2022 yang dirilis Kemenhan Korsel.

Dalam buku tersebut, Kemenhan Korsel menyebut Korut terus memproses ulang bahan bakar bekas dari reaktornya dan memiliki sekitar 70 kilogram plutonium tingkat senjata. Jumlah plutonium itu meningkat 20 kilogram dari yang tertulis di buku pertahanan Kemenhan Korsel sebelumnya.

Menurut Kemenhan Korsel, Korut juga telah mengamankan uranium yang sangat diperkaya dalam jumlah substansial dan memiliki tingkat kemampuan signifikan untuk mengecilkan bom atom. “Militer kami memperkuat pengawasan karena kemungkinan uji coba nuklir tambahan meningkat,” kata Kemenhan Korsel.

Korsel pertama kali menyebut Korut sebagai “musuh” dalam buku pertahanan 1995. Label itu dipakai setelah seorang pejabat Korut mengancam akan mengubah Korsel menjadi “lautan api”. Dalam versi 2004, istilah “musuh” diganti dengan “ancaman militer langsung”. Pada tahun tersebut, hubungan Seoul dan Pyongyang memang cenderung kondusif.

Pada 2010, label “musuh” kembali digunakan oleh Korsel. Hal itu menyusul aksi serangan torpedo Korut terhadap sebuah korvet Korsel pada bulan Maret tahun itu. Sebanyak 46 pelaut Korsel tewas dalam peristiwa tersebut. Pada November 2010, Korut juga melancarkan serangan artileri di sebuah pulau perbatasan. Sebanyak dua tentara dan dua warga sipil tewas akibat serangan itu.

Label “musuh” dipertahankan hingga 2016. Namun dalam buku pertahanan edisi 2018 dan 2020, Korsel tak lagi menggunakan label “musuh” pada Korut. Hal itu karena mantan presiden Korsel Moon Jae-in sedang berusaha mempromosikan rekonsiliasi dan reunifikasi antar-Korea. Buku putih pertahanan Kemenhan Korsel terbit dua tahun sekali.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement