REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK –- Thailand memulai latihan militer internasional dengan kehadiran Amerika Serikat (AS). Latihan tersebut menjadi yang terbesar dalam satu dekade.
Latihan militer Cobra Gold di Thailand berlangsung dari 28 Februari hingga 10 Maret. Ini merupakan latihan militer gabungan terbesar di daratan Asia yang melibatkan 30 negara.
Kegiatan militer tersebut telah berjalan selama lebih dari empat dekade dan tahun ini disebut sebagai kembalinya latihan skala penuh setelah pandemi. Lebih dari 6.000 personel militer AS akan menghadiri latihan perang.
Latihan Cobra Gold tahun ini akan diikuti oleh lebih dari 7.000 personel militer dari berbagai negara termasuk Singapura, Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan. Personil tentara Cina akan ambil bagian dalam beberapa latihan.
AS juga berusaha membangun hubungan dengan mitra keamanan utama pada saat persaingan geopolitik global meningkat dengan Cina. Utusan AS untuk Thailand Robert Godec menyatakan, Komandan Tertinggi untuk Kawasan Indo-Pasifik Laksamana AS John Aquilino berpartisipasi dalam tanda pembaruan hubungan keamanan AS-Thailand.
“Cobra Gold membantu membangun interoperabilitas, memajukan kepentingan bersama kita, dan berfungsi sebagai demonstrasi dedikasi kita kepada sekutu dan mitra kita dalam memastikan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” kata Godec pada upacara pembukaan latihan perang di Rayong provinsi, timur Bangkok, dikutip dari The Straits Times.
Cobra Gold adalah indikator kekuatan hubungan AS-Thailand dalam beberapa tahun terakhir. kritik Washington terhadap kudeta Bangkok pada 2014 oleh jenderal angkatan darat yang menjadi perdana menteri saat ini, Prayut Chan-o-cha, mengakibatkan penurunan kehadiran pada latihan bersama berikutnya.
Kehadiran militer AS yang lebih besar dalam latihan perang bersama dipandang sebagai perkembangan signifikan. Washington mencoba menyeimbangkan nilai dan kepentingan geopolitiknya dengan kebangkitan Cina.
"Dengan menambah jumlah pasukan AS kembali ke Cobra Gold, ini mengkalibrasi ulang hubungan AS-Thailand menjadi lebih setara dengan Cina,” kata dosen di Naresuan University Thailand Dr Paul Chambers.
"Ada lebih banyak kebijakan lindung nilai untuk Thailand dalam upaya menciptakan keseimbangan antara dua kekuatan besar yang paling berarti bagi Thailand," ujar pakar itu.
Thailand di bawah Prayut bergerak mendekati Cina dalam perdagangan. Beijing saat ini merupakan sumber investasi asing tahunan terbesar di Bangkok dan turis dari Beijing tetap menjadi kunci bagi industri pariwisata negara yang merupakan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.