REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pengamat menilai langkah mengejutkan Arab Saudi memulihkan hubungan dengan Iran dapat merumitkan upaya diplomasi Israel ke dunia Arab. Sebab, Tel Aviv ingin menormalisasi hubungan dengan Arab Saudi.
Pada Jumat (10/2/2023) lalu Riyadh dan Teheran mengumumkan pemulihan hubungan yang rusak selama tujuh tahun terakhir. Kedua negara sepakat membuka kembali kedutaan dan misi ke masing-masing negara. Selain itu, pemulihan hubungan juga diimplementasikan dengan kerja sama keamanan dan ekonomi yang ditandatangani 20 tahun yang lalu.
Perdana Menteri Israel mengkritik keras perjanjian yang ditengahi Cina itu. Ia menegaskan fokusnya membawa Arab Saudi aliansi kawasan untuk melawan Iran.
Pengamat hubungan internasional dari New Lines Institute of Strategy and Policy Nicholas Heras mengatakan pemulihan hubungan Iran-Arab Saudi sebagai 'kemenangan diplomasi bagi Iran' dan pukulan bagi Netanyahu.
"Arab Saudi yang sedang didekati Israel, baru saja mengirimkan sinyal besar ke pemerintah Israel bahwa Israel tidak bisa mengandalkan Riyadh dalam mendukung aksi militer Israel ke Iran, dimana pun di kawasan," katanya seperti dikutip The Times of Israel, Ahad (12/3/2023).
Namun, tidak semua pengamat menilai konsekuensi pemulihan hubungan Iran-Arab Saudi begitu jelas. Menurut peneliti dari Middle East Institute Fatima Abo Alasrar kesepakatan Iran dan Arab Saudi masih sempit.
"Fokus pada isu spesifik seperti membuka kembali kedutaan dan hubungan perdagangan serta keamanan dari serangan," katanya.
"Meski langkah-langkah ini penting untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan mengurangi ketegangan antara dua negara, kesepakatan tidak membahas perbedaan ideologi dan politik yang lebih luas yang mendorong persaingan lama mereka," tutur Alasrar menambahkan.
Langkah Arab Saudi membuka pintu pada Iran juga dapat dilihat sebagai dorongan diplomasi yang lebih besar untuk memerbaiki keretakan hubungan dengan Qatar dan Turki.
Peneliti Arab Saudi Eyad Alrefai mengatakan tren ini dapat bermanfaat bagi Israel meski kebijakan pemerintah ekstrem kanan Netanyahu menentangnya. "Ini menciptakan momentum yang dapat membantu kawasan bergerak maju ke masa depan negara-negara di kawasan lebih saling memahami, menghormati dan bekerja sama," katanya.
"Lingkungan seperti itu dapat dimanfaatkan, pemain-pemain di kawasan, terutama dalam kasus ini Israel," ujar Alrefai menambahkan.