REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Nikolai Patrushev mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Inggris menutupi dalang peledakan pipa gas Nord Stream dengan mengkambinghitamkan kelompok pro-Ukraina. Pekan lalu surat kabar The New York Times melaporkan intelijen yang ditinjau pemerintah AS mengindikasi kelompok pro-Ukraina yang meledakan pipa di bawah Laut Baltik itu.
Dalam laporannya surat kabar AS tersebut mengatakan kelompok tersebut terdiri orang Ukraina dan Rusia. Patrushev meragukan laporan tersebut dengan mempertanyakan apakah ada kelompok yang mampu menggelar aksi sabotase pada koridor energi terpenting Rusia ke Eropa.
"Dalam upaya menutup dalang sebenarnya kejahatan itu, media pro-pemerintah Anglo Saxon, dengan perintah dari atas, menyebut pelakunya, kelompok teroris Ukraina," kata Patrushev seperti dikutip surat kabar Argumenti i Fakti, Selasa (14/3/2023).
Patrushev mengatakan Rusia masih belum mengetahui pasti siapa dibalik serangan September tahun lalu itu sebab tidak dimasukan dalam penyelidikan serangan tersebut.
"Bila surat kabar mengklaim dengan semangat bahwa sabotase itu dilakukan sekelompok teroris Ukraina, maka perlu ditanyakan apakah memang ada kelompok seperti atau tidak, dan apakah mampu melakukan serangan itu," kata Patrushev.
Patrushev menambahkan AS dan Inggris memiliki kemampuan untuk meledakan pipa gas Nord Stream. Tapi kedua negara itu membantah tuduhan tersebut.
Sebagai mata-mata Uni Soviet yang sudah mengenal Putin sejak 1970-an, para diplomat menilai Patrushev salah satu orang terdekat Putin. Presiden Rusia itu juga menuduh "Anglo-Saxon" sebagai ledakan yang ia sebut serangan teroris.
Pada 26 September lalu terdeteksi penurunan tajam tekanan pada dua arah pipa dan seismolog mendeteksi ledakan. Penyidik Swedia dan Denmark belum menentukan siapa yang bertanggung jawab.
Dalam unggahan di blognya jurnalis investigasi pemenang Hadiah Pulitzer Seymour Hersh mengutip sumber yang tidak disebut namanya yang mengatakan penyelam Angkatan Laut AS menghancurkan pipa gas dengan bahan peledak atas perintah dari Presiden AS Joe Biden.
Gedung Putih membantah laporan Hersh dengan menyebutnya "sepenuhnya palsu dan fiksi." Norwegia mengatakan tuduhan itu tidak masuk akal.
Kapasitas pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 mencapai 110 miliar kubik per meter lebih dari setengah dari volume ekspor gas Rusia. Pipa sepanjang 1.224 kilometer yang menyalurkan gas dari Rusia ke Jerman itu ditanam di bawah laut dengan kedalaman 80 sampai 110 meter.