Ahad 04 Jun 2023 19:55 WIB

Imran Khan Tuduh Militer dan Intelijen Pakistan Berupaya Hancurkan Partainya

Imran Khan tak heran jika diadili di pengadilan militer dan dijebloskan ke penjara.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan secara terbuka menuduh militer dan badan intelijen negara berusaha menghancurkan partai politiknya.
Foto: EPA-EFE/RAHAT DAR
Mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan secara terbuka menuduh militer dan badan intelijen negara berusaha menghancurkan partai politiknya.

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Mantan perdana menteri Pakistan Imran Khan secara terbuka menuduh militer dan badan intelijen negara berusaha menghancurkan partai politiknya. Khan mengaku tidak heran jika dia akan diadili di pengadilan militer dan dijebloskan ke penjara.

Khan sebelumnya mengisyaratkan keterlibatan militer dalam tindakan keras terhadap partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI). Tetapi kali ini Khan mengungkapkannya secara blak-blakan kepada wartawan di rumahnya di Lahore pada Sabtu (3/6/2023) malam.

Baca Juga

"Itulah satu-satunya cara mereka akan menjebloskan saya ke penjara," kata Khan.

Kham menambahkan, militer ingin menghentikannya kembali berkuasa dalam pemilihan yang dijadwalkan pada November. Dia mengatakan, sekitar 150 kasus pidana yang diajukan terhadapnya tidak masuk akal dan akan diabaikan di pengadilan sipil mana pun.

"Jadi satu-satunya harapan mereka, dan karena mereka bertekad untuk menyingkirkan saya, saya pikir mereka akan melakukannya, seluruh sandiwara pengadilan militer mereka adalah untuk memenjarakan saya," kata Khan.

"Saya sama sekali tidak ragu bahwa pengadilan militer dimaksudkan untuk saya," kata Khan yang dibebaskan dengan jaminan.

Khan mengatakan, agen mata-mata paling kuat di Pakistan, Inter Services Intelligence (ISI), sangat terlibat dalam tindakan keras itu. Dia mengatakan, dua anggota senior partainya dipanggil oleh agensi ISI untuk melakukan pembicaraan.  

"Dan ketika mereka pergi ke sana, mereka diam saja dan berkata, 'Kamu (tidak akan) pergi kecuali kamu meninggalkan menjadi bagian dari PTI,'" ujar Khan.

Khan mengatakan, dia telah mencoba menghubungi militer untuk melakukan pembicaraan guna menemukan jalan keluar dari krisis saat ini. Tetapi Khan tidak mendapat tanggapan. Khan mengatakan, dia mengetahui alasan panglima militer Jenderal Asim Munir mengabaikannya.

Sebelum menjadi panglima militer pada November 2022, Munir adalah kepala ISI. Munir tiba-tiba dicopot sebagai kepala ISI pada 2019 saat Khan menjadi perdana menteri.

Khan digulingkan dari jabatannya dalam pemungutan suara parlemen tahun lalu. Menurut Khan, penggulingan dirinya diatur oleh para jenderal top Pakistan. Namun, militer menyangkal hal ini.

Tidak ada alasan resmi yang diberikan atas pemecatan Munir yang terlalu dini. Tetapi untuk pertama kalinya Khan mengungkapkan bahwa dia ingin Munir mundur sebagai pemimpin ISI.

"Saya pikir mungkin dia memiliki dendam karena saya memintanya untuk mengundurkan diri sebagai kepala ISI, kata Khan.  

Ketika ditanya mengapa dia meminta Munir untuk mengundurkan diri, Khan mengatakan, dia merasa Munir tidak cocok sebagai memimpin ISI. Namun Khan tidak merinci alasannya lebih lanjut.

"Anda tahu, saya, sebagai perdana menteri, merasakan bagaimana badan intelijen itu dijalankan. Saya memiliki masalah dengan itu," ujar Khan.

Munir kemudian dipilih sebagai jenderal tertinggi negara oleh penerus Khan dan saingan politiknya, Perdana Menteri Shehbaz Sharif. "Dia seharusnya tidak memiliki masalah dengan itu sekarang karena dia adalah panglima militer. Jadi mengapa dia menyimpan dendam itu?," kata Khan, merujuk pada pencopotan Munir sebagai kepala ISI.  

Khan mengatakan, dia heran dengan kampanye negara yang melawannya. Khan telah mengabdi kepada negara dan kini dia diperlakukan sebagai musuh negara.

"(Saya) seseorang yang telah dikenal di negara ini selama 50 tahun, yang mungkin memenangkan semua penghargaan di negara ini dan mungkin orang Pakistan yang paling terkenal, dan tiba-tiba diperlakukan sebagai semacam alien, sebagai musuh negara," kata Khan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement