Rabu 14 Jun 2023 09:55 WIB

Intelijen Belanda Pernah Laporkan Rencana Ukraina Serang Pipa Nord Stream ke CIA

Intelijen Belanda telah peringatkan CIA tentang adanya rencana meledakan Nord Stream

Rep: Amri Amrullah/ Red: Esthi Maharani
Badan intelijen militer Belanda, MIVD, telah memperingatkan CIA tentang adanya rencana peledakan pipa Nord Stream
Foto: Penjaga Pantai Swedia melalui AP
Badan intelijen militer Belanda, MIVD, telah memperingatkan CIA tentang adanya rencana peledakan pipa Nord Stream

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Badan Intelijen Belanda memberikan informasi kepada Badan Intelijen Amerika (CIA), mengenai dugaan rencana Ukraina pada Juni 2022 untuk meledakkan pipa Nord Stream, demikian laporan lembaga penyiaran nasional Belanda, NOS, pada Selasa (13/6/2023).

Laporan NOS, yang disusun dengan bantuan dari beberapa media terkemuka di Jerman, walau NOS tidak menyebutkan sumbernya. Dikatakan bahwa badan intelijen militer Belanda, MIVD, telah memperingatkan CIA tentang adanya rencana tersebut, yang mengarah pada peringatan dari Washington kepada Kiev untuk tidak menyerang pipa tersebut.

Baca Juga

Ledakan yang tidak dapat dijelaskan pelakunya hingga kini itu, telah menyebabkan pipa Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 yang baru dibangun itu, pecah pada bulan September lalu. Akibatnya pipa yang membawa gas dari Rusia ke Jerman di bawah Laut Baltik terganggu penyalurannya.

Ledakan tersebut terjadi di zona ekonomi Swedia dan Denmark. Kedua negara tersebut mengatakan bahwa ledakan tersebut disengaja, tetapi belum menentukan siapa yang bertanggung jawab. Kedua negara tersebut dan Jerman sedang melakukan investigasi.

Washington dan NATO menyebut insiden itu sebagai "tindakan sabotase". Moskow menuduh para penyelidik mengulur-ulur waktu dan berusaha menyembunyikan siapa dalang di balik serangan itu. Sementara itu Ukraina telah membantah bertanggung jawab atas ledakan pipa gas tersebut.

Terkait laporan media NOS itu, Badan Intelijen Militer Belanda, MIVD tidak menanggapi, segera setelah dihubungi untuk dimintai komentar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement