Menurut pendiri Hindutva Watch Raqib Hameed Naik, komentar Modi bahwa tidak ada diskriminasi agama oleh pemerintahnya adalah kebohongan total. "India telah menjadi lubang hitam bagi minoritas agama," kata perwakilan kelompok yang memantau laporan serangan terhadap minoritas India itu.
Hanya dua perempuan Muslim anggota Kongres AS, Ilhan Omar dan Rashida Tlaib bersama dengan beberapa anggota parlemen progresif lainnya seperti Alexandria Ocasio-Cortez memboikot pidato Modi di Kongres pada Kamis.
Mereka mengutip tuduhan penistaan terhadap pembangkang dan minoritas India, khususnya umat Islam. Senator AS Bernie Sanders mengatakan nasionalisme Hindu yang agresif dari Modi telah meninggalkan sedikit ruang bagi agama minoritas India.
Modi mengklaim, manfaat dari kebijakan pemerintah India dapat diakses oleh semua orang. Namun faktanya India telah merosot dari peringkat 140 dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia pada 2014 menjadi peringkat 161 tahun ini dan merupakan titik terendah. India juga memimpin daftar jumlah penutupan internet tertinggi secara global selama lima tahun berturut-turut.
Kantor HAM PBB menggambarkan undang-undang kewarganegaraan 2019 pada dasarnya diskriminatif karena mengecualikan migran Muslim. Kritikus telah menunjuk pada undang-undang anti-konversi yang menantang hak kebebasan berkeyakinan yang dilindungi secara konstitusional dan pencabutan status khusus Kashmir yang mayoritas Muslim pada 2019.
Ada juga penghancuran properti milik umat Islam atas nama penghapusan konstruksi ilegal. Kemudian larangan mengenakan jilbab di ruang kelas di Karnataka saat BJP berkuasa di negara bagian itu.
"Perlindungan minoritas Muslim di mayoritas Hindu India, itu adalah sesuatu yang layak disebutkan," kata mantan presiden AS Barack Obama kepada CNN dalam wawancara yang disiarkan pada Kamis.
"Jika Anda tidak melindungi hak-hak etnis minoritas di India, maka ada kemungkinan kuat bahwa India pada suatu saat akan mulai berpisah," kata Obama tentang pesan yang ingin disampaikan kepada Modi.