REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Staf yang diperbantukan di Kedutaan Swedia di Baghdad untuk sementara ditarik karena alasan keamanan. Langkah ini diambil setelah warga Irak menyerbu Kedutaan Swedia untuk memprotes rencana pembakaran Alquran di Ibu Kota Swedia, Stockholm.
Irak mengusir duta besar Swedia dan memulangkan kuasa usahanya di Stockholm sebagai protes atas rencana penistaan terhadap Alquran. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Swedia mengatakan, staf dan operasional yang diperbantukan telah dipindahkan ke Stockholm, tetapi menolak memberikan komentar lebih lanjut.
Juru bicara polisi Stockholm, Mats Eriksson membenarkan bahwa polisi telah memberikan izin untuk demonstrasi yang melibatkan dua orang di luar Kedutaan Besar Irak di Stockholm pada Kamis. Dia tidak bisa mengatakan apakah pengunjuk rasa berencana untuk membakar Alquran.
Hak untuk mengadakan demonstrasi publik sangat kuat di Swedia dan dilindungi oleh konstitusi. Undang-undang penistaan agama telah ditinggalkan pada 1970-an. Polisi umumnya memberikan izin berdasarkan keyakinan mereka bahwa pertemuan publik dapat diadakan tanpa gangguan besar atau risiko keamanan publik.
Namun bagi umat Islam, pembakaran Alquran merupakan penodaan terhadap kitab suci mereka. Pembakaran Alquran di masa lalu telah memicu protes di seluruh dunia Muslim, beberapa di antaranya berubah menjadi kekerasan. Di Afghanistan, Taliban telah menangguhkan semua kegiatan organisasi Swedia sebagai tanggapan atas pembakaran Alquran baru-baru ini.
Seorang imigran Kristen Irak bulan lalu membakar Alquran di luar masjid Stockholm selama hari raya Idul Adha, yang memicu kecaman luas di dunia Islam. Menurut kantor berita Swedia TT, pria yang sama adalah salah satu dari mereka yang berencana membakar Alquran pada Kamis
Dua pengunjuk rasa di Stockholm pada Kamis menendang dan menghancurkan sebagian buku yang mereka katakan adalah Alquran, tetapi mereka tidak membakarnya. Jika pembakaran berlanjut, maka akan menjadi pembakaran Alquran kedua di Swedia dalam beberapa minggu.
Pada Jumat (21/7/2023) pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Beirut dan Baghdad untuk memprotes penodaan Alquran di Swedia. Di Baghdad, puluhan orang membawa Alquran dan potret ulama Syiah Moqtada al-Sadr selama protes.
Di Lebanon, massa berkumpul di luar masjid untuk berdemonstrasi, menyusul seruan dari kelompok Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, untuk melakukan protes setelah salat Jumat. Di Baalbek, Lebanon, sebuah bendera Swedia dibakar selama protes oleh ratusan orang.
Menteri Luar Negeri Swedia, Tobias Billstrom mengatakan, penyerbuan kedutaan di Irak sama sekali tidak dapat diterima. Dia mengatakan, Pemerintah Swedia menolak keras penodaan Alquran atau kitab suci lainnya.
"Pemerintah Swedia memahami bahwa tindakan tercela yang dilakukan oleh individu pada demonstrasi di Swedia mungkin menyinggung umat Islam," kata Billstrom dalam sebuah pernyataan.
Arab Saudi bersama dengan sejumlah negara Timur Tengah dalam memanggil diplomat Swedia untuk melayangkan protes. Swedia telah menjadi lokasi pembakaran Alquran dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar dilakukan oleh aktivis sayap kanan dan anti-Muslim.
Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk politisi Denmark Rasmus Paludan dan sembilan tersangka lainnya karena membakar Alquran di depan kedutaan Turki di Stockholm pada Januari.