Ahad 23 Jul 2023 04:10 WIB

Jajak Pendapat: Mayoritas Warga Swedia Atheis

Swedia menghapus undang-undang yang melarang orang mengkritik atau mengejek agama.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs, Rasmus Paludan, membakar salinan Alquran sambil diawasi oleh petugas polisi saat dia melakukan protes di luar kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari 2023.
Foto: EPA-EFE/Fredrik Sandberg/TT SWEDEN OUT
Pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Stram Kurs, Rasmus Paludan, membakar salinan Alquran sambil diawasi oleh petugas polisi saat dia melakukan protes di luar kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, 21 Januari 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Jajak pendapat Gallup pada 2022 menemukan bahwa, Swedia adalah negara di dunia dengan persentase penduduk tertinggi yang menyatakan mereka tidak percaya pada Tuhan. Swedia menghapus undang-undang yang melarang orang mengkritik atau mengejek agama dan keluarga kerajaan pada 1970-an.

"Ini adalah tradisi kami. Argumennya adalah tidak ada alasan bagi agama untuk bebas dari kritik ketika semua bidang masyarakat lainnya dapat didiskusikan dengan bebas,” kata wartawan dan pakar kebebasan berbicara, Nils Funcke.

Baca Juga

Funcke mengatakan, perubahan Undang-Undang Ketertiban Umum seperti yang diperdebatkan oleh pemerintah akan sangat sulit untuk diperkenalkan. Hal ini kemungkinan akan bertentangan dengan kebebasan berkumpul yang dilindungi undang-undang Swedia.

"Semoga beruntung menulis undang-undang seperti itu. Tidak akan banyak demonstrasi tersisa jika kita mendengarkan ancaman dari organisasi ekstremis di negara-negara seperti Iran atau Irak," kata Funcke kepada Reuters.

"Dan bagaimana Anda bisa melakukan demonstrasi menentang seseorang seperti (Presiden Rusia Vladimir) Putin? Itu pasti akan membahayakan keselamatan Swedia," ujar Funcke.

Pada 2016, Swedia telah membuka pemakaman netral pertamanya. Pemakaman ini bebas dari simbol agama apa pun, untuk melayani sejumlah besar atheis di negara itu. Pendiri pemakaman netral di Borlänge, di Swedia tengah, Josef Erdem mengatakan, pemakaman itu terbuka untuk orang yang  percaya dan tidak percaya dengan Tuhan, selama mereka tidak memiliki simbol atau tanda agama di batu nisan mereka.

“Ide itu muncul karena saya ingin memiliki tempat yang netral bagi orang-orang,” kata Erdem, dilaporkan CNN.

Erdem adalah seorang guru. Dia mendapat izin untuk membuka pemakaman baru dari Gereja Swedia. Lokasi pemakaman itu bersebelahan dengan gereja Stora Tuna yang sudah memiliki pemakaman khusus umat Kristiani.  

“Jika, misalnya, di dalam keluarga Anda ada yang Muslim dan Kristen dan ingin semua keluarga Anda (dikuburkan) bersama, Anda tidak ingin ada simbol apa pun di kuburan,” kata Erdem, dalam wawancara yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh putranya, Jian Erdem.

"Masih ada kesempatan bagi keluarga untuk memilih apa pun yang mereka inginkan.  Itu tidak bisa religius tetapi terserah mereka bagaimana mereka ingin menghiasi nisan mereka," ujar Erdem.

Erdem mengatakan, pemakaman netral ini mendapatkan respon positif. “Orang-orang sangat menghargai ide ini.  Ini akan menjadi kuburan bagi semua orang. Mungkin mereka tidak berdoa di gereja atau pergi ke masjid – mereka harus punya tempat," ujarnya.

Erdem adalah seorang Kurdi yang telah tinggal di Swedia selama lebih dari 30 tahun.  Dia terlibat dalam politik lokal Borlänge, sebagai anggota dari Sosial Demokrat. Dia menjelaskan bahwa mayoritas kerabatnya beragama Islam namun ada juga yang beragama Kristen. Sementara Erdem sendiri tidak memiliki pandangan agama.

Menurut survei Gallup International dan WI Network of Market Research, Swedia dikenal sebagai negara atheis atau paling tidak religius di dunia barat. Sekitar 80 persen responden mengatakan mereka tidak religius atau atheis. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement