Kamis 10 Aug 2023 09:54 WIB

Suhu di Irak Capai 50 Derajat Celcius, PBB: Era Global Boiling Telah Dimulai

Irak adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk pada Rabu (9/8/2023) mengatakan, musim panas yang ekstrem dan polusi di Irak selatan menunjukkan bahwa era pendidihan global telah dimulai.
Foto: AP
Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk pada Rabu (9/8/2023) mengatakan, musim panas yang ekstrem dan polusi di Irak selatan menunjukkan bahwa era pendidihan global telah dimulai.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk pada Rabu (9/8/2023) mengatakan, musim panas yang ekstrem dan polusi di Irak selatan menunjukkan bahwa era pendidihan global telah dimulai. Selama melakukan kunjungan empat hari di Irak, Turk merasakan suhu di negara tersebut mencapai 50 derajat Celcius.

"Berdiri dalam panas yang membakar di bentang alam yang tergores itu, menghirup udara yang tercemar oleh banyak semburan gas yang tersebar di wilayah itu, jelas bagi saya bahwa era pendidihan global memang telah dimulai," kata Turk, dalam konferensi pers di Baghdad.

Baca Juga

PBB mengatakan, Irak adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim di dunia. Penurunan curah hujan yang dikombinasikan dengan salah urus sumber daya air telah menyebabkan kekeringan berkepanjangan selama bertahun-tahun, bahkan ketinggian air tahun ini mencapai rekor terendah.

Dua sungai utama Irak, Tigris dan Efrat yang membelah negara itu dikenal melahirkan beberapa peradaban pertama di dunia ribuan tahun yang lalu. Tetapi dua sungai itu sekarang terlalu lemah untuk menopang pertanian yang pernah tumbuh subur di sekitarnya.

Kekeringan telah menyebabkan ribuan keluarga beremigrasi dari saluran air negara dan tanah rawa yang diakui UNESCO. Kekeringan mengancam cara hidup masyarakat Iran, dan panas ekstren menyebabkan kondisi yang semakin berisiko bagi pekerja di luar ruangan.

"Apa yang terjadi di sini adalah jendela ke masa depan yang sekarang datang ke bagian lain dunia jika kita terus gagal dalam tanggung jawab kita untuk mengambil tindakan pencegahan, dan mitigasi terhadap perubahan iklim," kata Turk.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement