REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Maskapai penerbangan, Air Seychelles dengan tujuan Israel harus melakukan pendaratan darurat di Arab Saudi pada Senin (28/8/2023) malam. Penerbangan komersial yang membawa 128 penumpang Israel mengalami masalah teknis sehingga penerbangan tersebut terpaksa melakukan pendaratan tidak terjadwal di Arab Saudi.
“Semua penumpang selamat dan beberapa menit yang lalu, penerbangan pengganti berangkat ke Jeddah untuk memulangkan penumpang dan melanjutkan penerbangan ke Israel,” kata pernyataan Air Seychelles, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (29/8/2023).
Setelah pemberhentian darurat, para penumpang Israel bermalam di sebuah hotel yang terletak di Bandara Jeddah. Penerbangan alternatif dijadwalkan lepas landas ke Israel pada Selasa pagi.
“Saya sangat mengapresiasi perlakuan hangat pemerintah Saudi terhadap penumpang Israel yang pesawatnya terpaksa melakukan pendaratan darurat di Jeddah,” kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
“Saya senang semua orang kembali ke rumah. Saya sangat menghargai hubungan bertetangga yang baik," ujar Netanyahu.
Tahun lalu tiga maskapai penerbangan Israel yaitu El Al, Israir dan Arkia, memperoleh persetujuan Saudi untuk terbang di atas wilayah udaranya. Arab Saudi juga akan mengizinkan perusahaan asing lainnya untuk mengoperasikan penerbangan mereka ke Israel melalui wilayah udaranya.
Menyusul keputusan tersebut, Menteri Luar Negeri Saudi, Faisal bin Farhan, menegaskan, pembukaan wilayah udara ini tidak berkaitan dengan upaya untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Saudi telah berulang kali menyatakan tidak akan menormalisasi hubungan dengan Israel sampai masalah Palestina terselesaikan.